Rabu 24 Apr 2024 16:42 WIB

Hamas: Tenggat Waktu Perundingan Pembebasan Sandera Hampir Habis

Qatar berada di "fase evaluasi ulang" dalam memediasi gencatan senjata.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Sebuah kamp untuk pengungsi Palestina yang melarikan diri dari Rafah dan Jalur Gaza utara terlihat di barat Deir Al Balah, Jalur Gaza selatan 23 April 2024.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Sebuah kamp untuk pengungsi Palestina yang melarikan diri dari Rafah dan Jalur Gaza utara terlihat di barat Deir Al Balah, Jalur Gaza selatan 23 April 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Juru bicara sayap bersenjata Hamas Abu Obeida mengatakan tenggat waktu untuk meraih kesepakatan pembebasan sandera sudah habis. Dalam video pernyataannya yang disiarkan jaringan media Aljazirah, ia mengatakan saat ini "bolanya ada di lapangan" Israel. "Namun waktunya tinggal sedikit dan peluangnya semakin mengecil," katanya, Selasa (23/4/2024).

Ia mengindikasi nasib para sandera dapat seperti Ron Arad. Seorang pilot Israel yang masih hilang sampai saat ini setelah diculik milisi di Lebanon pada 1986. Israel mengklaim dalam serangan mendadak 7 Oktober 2023 Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik lebih dari 250 lainnya.

Baca Juga

Israel menggelar serangan ke Gaza yang kini sudah menewaskan lebih dari 34 ribu orang dan mengubah kantong pemukiman itu menjadi reruntuhan. Serangan udara, laut dan darat Israel juga memaksa sebagian besar populasi Gaza mengungsi. Amerika Serikat (AS), Qatar dan Mesir menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Namun perundingan tersebut mengalami kebuntuan karena Israel ingin terus menggelar serangan ke Gaza sampai menumpas Hamas setelah berhasil memulangkan sandera. Hamas mengatakan kesepakatan gencatan senjata harus mengakhiri serangan dan penarikan pasukan Israel di Gaza. "Musuh tidak mencapai apa pun dalam 200 hari terakhir kecuali pembantaian, pembunuhan dan menghancurkan," kata Abu Obeida.

Sementara itu Qatar berada di "fase evaluasi ulang" dalam memediasi gencatan senjata di Gaza. "Kami harus melihat keseriusan semua orang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari dalam konferensi pers.

Ia juga mengatakan sedang terdapat pembahasan mengenai kehadiran Hamas di Qatar. Sudah bertahun-tahun Hamas memiliki kantor politik di Doha, Qatar. Namun dalam laporannya surat kabar Amerika Serikat (AS) Wall Street Journal melaporkan Hamas dapat meninggalkan Qatar karena perundingan masih mengalami kebuntuan. Hamas membantah mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan Qatar. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement