REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Memasuki musim panas, warga Gaza yang mengungsi di tenda-tenda di Rafah terancam gelombang panas. Seorang bayi dilaporkan meninggal kepanasan, seperti dilansir Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
OCHA melaporkan pada Sabtu (27/4/2024) bahwa 65 persen sekolah yang menampung ribuan warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal akibat perang Israel di Gaza telah “dihantam atau dirusak secara langsung” dalam serangan-serangan tersebut. OCHA juga melaporkan bahwa seorang bayi perempuan meninggal di Rafah, dilaporkan karena panas yang ekstrem.
Hal ini seiring meningkatnya kekhawatiran akan “krisis sanitasi” di tengah meningkatnya suhu di wilayah Palestina di mana begitu banyak orang yang tidak memiliki tempat tinggal atau akses terhadap makanan dan layanan kesehatan yang memadai.
Aljazirah melansir laporan situasi OCHA terbaru di Gaza yang mencatat bahwa antara Rabu dan Jumat sore, 94 orang syahid dan 139 luka-luka dalam serangan Israel, menurut data Kementerian Kesehatan. Serangan paling mematikan termasuk pemboman rumah seorang penyair dan penulis Palestina, yang gugur bersama kedua anaknya, di kamp pengungsi Shati di pesisir pantai, yang terletak di sebelah barat Kota Gaza.
Serangan militer Israel dilaporkan telah menghancurkan 70 persen sumur air dan 50 persen pompa limbah di Gaza utara, menurut Walikota Beit Lahiya Alaa al-Attar, sehingga memperburuk kondisi sanitasi. Pada saat yang sama, serangan Israel telah menghancurkan “semua tanaman pertanian di kota Beit Lahiya yang dianggap sebagai sumber makanan utama bagi Jalur Gaza,” kata al-Attar dalam komentar yang dimuat oleh kantor berita Anadolu.
Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan mengatakan kurangnya air bersih, nutrisi, sanitasi dan layanan kesehatan yang dapat diandalkan di seluruh Gaza menyebabkan penyakit menular, termasuk hepatitis A, menyebar di wilayah kantong tersebut.
Jumlah syuhada akibat serangan Israel di Gaza sejak dimulainya perang telah meningkat menjadi setidaknya 34.388 orang, menurut angka terbaru Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikepung dan dibombardir tersebut. Sebanyak 77.437 orang lainnya terluka dalam periode yang sama, kata kementerian itu. Setidaknya 32 orang syahid dan 69 lainnya terluka dalam periode pelaporan 24 jam terakhir.