Iron Dome Israel
Israel mengandalkan sistem pertahanan yang disebut "Iron Dome" untuk menghambat serangan udara masuk ke target vital. Ketika drone Iran melintasi Timur Tengah, kubah besi akan mengadang dalam perjalannya menuju sasaran.
Dilansir Wired, Ahad (14/4/2024), Iron Dome telah beroperasi selama lebih dari satu dekade. Sistem ini terdiri dari setidaknya 10 baterai pertahanan rudal yang didistribusikan secara strategis di seluruh wilayah yang diklaim Israel.
Ketika objek terdeteksi masuk, radar mengirimkan informasi tersebut ke pusat komando dan kendali. Pusat tersebut akan melacak ancaman untuk menilai apakah itu merupakan alarm palsu, dan lokasi target andaikan itu serangan betulan.
Sistem tersebut kemudian menembakkan rudal-rudal pencegat ke arah roket yang masuk yang kemungkinan besar akan menghantam daerah berpenghuni. Iain Boyd, Direktur Pusat Inisiatif Keamanan Nasional di University of Colorado di AS, mengatakan semua proses itu dirancang untuk pertahanan terhadap rudal yang terbang rendah dan bergerak cepat. Hal ini juga membuatnya sangat siap menghadapi serangan drone.
"Drone akan terbang mungkin lebih lambat dibandingkan roket-roket ini, jadi dalam beberapa hal ini merupakan ancaman yang lebih mudah untuk diatasi," kata Boyd.
Segalanya menjadi lebih rumit jika drone-drone terbang sangat rendah, sehingga radar tidak dapat mendeteksinya. Tantangan terbesarnya mungkin terletak pada kuantitasnya.
Israel mempunyai ratusan rudal pencegat, namun Iron Dome masih mungkin kewalahan, seperti yang terjadi pada 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel dengan ribuan rudal. Para pejabat AS mengatakan sejauh ini Iran telah meluncurkan total 150 rudal ke Israel.
Iron Dome telah aktif dalam membelokkan mereka, meskipun seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dilaporkan terluka oleh pecahan peluru dari rudal pencegat. Terkenal sebagai garis pertahanan Israel yang terakhir dan bisa dibilang yang terbaik, Iron Dome bukan jaminan keamanan ketika berhadapan dengan serangan Iran.