REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Sejumlah media Timur Tengah melansir kesediaan kelompok Hamas menyepakati gencatan senjata dalam waktu dekat. Sebaliknya, pihak Israel dilaporkan masih berkeras melanjutkan serangan brutal mereka ke Jalur Gaza, termasuk ke Rafah yang kini disesaki sejuta lebih pengungsi.
The Times of Israel melansir, seorang pejabat Israel yang terlibat pembicaraan untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera mengabaikan laporan media Arab yang mengklaim bahwa AS telah menjamin Israel akan menarik semua pasukannya dari Gaza setelah berakhirnya perjanjian gencatan senjata tiga tahap.
“Bertentangan dengan laporan yang ada, Israel dalam keadaan apapun tidak akan menyetujui diakhirinya perang sebagai bagian dari perjanjian untuk membebaskan sandera kami,” kata pejabat tersebut. “Sesuai keputusan eselon politik, IDF akan memasuki Rafah dan menghancurkan batalyon Hamas yang tersisa di sana – dengan atau tanpa jeda sementara untuk memungkinkan pembebasan sandera kami,” tambah pejabat tersebut.
Israel telah berulang kali menolak mengakhiri perang untuk menghancurkan Hamas di Gaza sebagai syarat kesepakatan pembebasan sandera. Sejauh ini, serangan Israel telah membunuh lebih dari 34.500 warga Palestina di Gaza, kebanyakan perempuan dan anak-anak. Serangan itu juga menimbulkan krisis kemanusiaan di Gaza dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pembalasan brutal itu dilakukan setelah para pejuang Palestina melakukan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober lalu. Israel mengeklaim serangan itu menewaskan sekitar 1.200 jiwa, meski kemudian ditemukan bahwa banyak diantaranya akibat tembakan pasukan Israel sendiri. Para pejuang Palestina juga menculik 200 lebih sandera militer dan sipil untuk ditukar dengan ribuan warga Palestina yang ditahan Israel tanpa proses hukum.
Berkebalikan dengan sikap Israel, Hamas dilaporkan akan segera mengumumkan bahwa mereka menyetujui usulan mediasi Mesir, menurut laporan media Arab pada hari Sabtu. Surat kabar Palestina, Al-Quds, melaporkan bahwa pengumuman tersebut akan diumumkan dalam beberapa hari, sementara surat kabar yang berpihak pada pemerintah Qatar, Al-Sharq, melaporkan bahwa pengumuman tersebut akan diumumkan dalam beberapa jam.
“Mengingat kontak baru-baru ini dengan saudara-saudara mediator di Mesir dan Qatar, delegasi Hamas akan berangkat ke Kairo pada Sabtu untuk menyelesaikan diskusi,” Al-Sharq mengutip pernyataan Hamas. Delegasi Hamas tiba di Kairo pada Sabtu pagi. Hamas juga mengatakan fokus utamanya adalah mencapai konsensus nasional dan membangun kembali Jalur Gaza.
Osama Hamdan, juru bicara senior Hamas, mengatakan perundingan gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan Mesir masih berlangsung. “Dan jelas bahwa kami bergerak maju. Ada beberapa poin bagus,” kata Hamdan kepada Aljazirah. “Namun hingga saat ini, kami masih membicarakan isu utama, yaitu gencatan senjata total dan penarikan total dari Gaza. Kami berharap menemukan jawaban yang baik dan positif hari ini.”
Hamdan mengatakan salah satu “elemen kunci” yang dibahas adalah tujuan Netanyahu mengirim tentara ke Rafah. “Sayangnya, ada pernyataan jelas dari Netanyahu yang mengatakan bahwa apa pun yang mungkin terjadi, jika ada gencatan senjata atau tidak, dia akan melanjutkan serangan,” katanya.
“Itu berarti tidak akan ada gencatan senjata, dan itu berarti serangan akan terus berlanjut, dan hal ini bertentangan dengan apa yang sedang kita diskusikan.” “Paling tidak kita ingin tahu persis apa maksudnya, pernyataannya, dan reaksi mediator. Pemahaman kami bahwa setiap pencapaian gencatan senjata berarti tidak akan ada lagi serangan terhadap Gaza dan Rafah,” tambahnya.