REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Media Hamas dan warga setempat mengatakan tank-tank Israel tidak menginvasi timur Kota Deir Al-Balah, Gaza. Tapi sejumlah tank dan buldoser Israel menembus pagar pinggir kota sehingga memicu baku tembak dengan pasukan Hamas.
Pada Ahad (12/5/2024), pejabat kesehatan Gaza mengatakan serangan udara ke Deir Al-Balah, pada Sabtu (11/5/2024), menewaskan dua orang dokter yang merupakan ayah dan putra.
Sayap bersenjata Hamas dan Islam Jihad mengatakan pejuang-pejuang mereka menyerang pasukan Israel di beberapa daerah di dalam Gaza termasuk Rafah dengan roket anti-tank dan bom mortir. Rafah yang terletak di ujung selatan Jalur Gaza dihuni lebih dari 1 juta pengungsi dari daerah lain.
The Palestinian Telecommunication mengatakan layanan internet di selatan Gaza mengalami kerusakan karena "agresi" yang sedang berlangsung. Perusahaan itu mengatakan pegawainya sedang berupaya menyelesaikan masalah tersebut.
Diperkirakan semakin banyak keluarga yang jumlahnya hingga ribuan yang meninggalkan Rafah karena serangan Israel semakin intensif. Peluru-peluru tank Israel mendarat di seluruh kota sementara tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi yang mencakup seluruh kota yang berbatasan dengan Mesir.
"Saat saya keluar dari Rafah saya melewati Khan Younis, saya menangis, saya tidak tahu apakah saya menangis karena apa yang saya alami, penghinaan dan merasa kehilangan atau apa yang saya lihat," kata seorang warga Gaza yang mengungsi ke Rafah, Tamer Al-Burai, dilansir laman Reuters.
"Saya melihat kota hantu, semua gedung di dua sisi, seluruh distrik musnah, orang-orang melarikan diri untuk keselamatan, tahu tidak ada tempat aman, dan tidak ada tenda dan tidak ada orang yang peduli pada mereka," tambahnya.
Pengusaha Palestina, Burai mengatakan Palestina diabaikan dunia dan menghadapi kemungkinan perang memasuki bulan ke delapan. Sementara kekuatan dunia gagal mengakhiri pertempuran dan upaya mediasi internasional untuk meraih kesepakatan gencatan senjata gagal akibat perbedaan Hamas dan Israel. "Tidak ada gencatan senjata, tidak ada keputusan PBB, tidak ada Harapan," katanya.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukri mengatakan Kairo akan melanjutkan mediasi antara Israel dan Hamas dan mendesak kedua pihak untuk menunjukkan fleksibilitas dan kemauan yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan.