Jumat 17 May 2024 14:52 WIB

Pakar Militer: Serangan Pejuang Palestina Kian Mematikan

Israel kembali mengumumkan kematian perwira mereka di Jalur Gaza.

Tentara Israel membawa peti berisi jenazah tentara Israel yang tewas di Gaza saat pemakaman militer Kiryat Shaul di Tel Aviv, Israel, Ahad, 12 Mei 2024.
Foto: AP Photo/Oded Balilty
Tentara Israel membawa peti berisi jenazah tentara Israel yang tewas di Gaza saat pemakaman militer Kiryat Shaul di Tel Aviv, Israel, Ahad, 12 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Serangan-serangan kelompok pejuang Palestina terhadap pasukan penjajahan Israel (IDF) dinilai kian mematikan. Para pejuang memenuhi janjinya bahwa serangan Israel ke Rafah akan membuat pasukan penjajahan kesulitan.

Pakar militer dan strategis, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, mengatakan kepada Aljazirah Arabia pada Jumat (17/5/2024) bahwa apa yang dilakukan faksi perlawanan dalam beberapa hari terakhir lebih ganas, mematikan, dan lebih efektif dibandingkan hari-hari pertama pendudukan darat di Jalur Gaza.

Baca Juga

Al-Duwairi menganggap bahwa membandingkan kejadian saat ini dengan apa yang terjadi pada minggu pertama invasi darat adalah tidak adil bagi brigade perlawanan yang berlokasi di Jabalia, utara Jalur Gaza. Ada perbedaan sifat pengelolaan pertempuran dari apa yang terjadi pada hari-hari pertama.

Ia menjelaskan bahwa perbedaannya adalah, pada awal perang, perlawanan menggunakan pendekatan respons langsung sejak pasukan pendudukan tiba di pinggiran kawasan yang sudah dibangun. Sedangkan dalam menangani pertempuran saat ini mereka mengadopsi pendekatan lain dengan menunggu pasukan musuh masuk.

Dalam konteks ini, Al-Duwairi mencontohkan bahwa pada awal perang, pasukan pendudukan hanya mampu memasuki jarak yang terbatas. di Jabalia, pertempuran terjadi dari jarak nol ke segala arah.

Ia menjelaskan bahwa keganasan pertempuran dan efektivitas operasi perlawanan menyebabkan tentara penjajah menderita penderitaan parah yang masih adkerugian besar yang masih akan terus berlanjut. Menurutnya video yang disiarkan oleh faksi perlawanan dengan jelas mencerminkan hal ini.

Al-Duwairi menegaskan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin  Netanyahu tahu dengan pasti bahwa dia juga tidak akan memenangkan pertempuran di Rafah. Jika dia melancarkan serangan yang diperluas di sana, dia akan kehilangan kartu terakhirnya, yang dia manfaatkan untuk menunda-nunda gencatan senjata.

Pada Kamis malam, kelompok perlawanan Palestina kembali mengumumkan penargetan tentara dan kendaraan Israel di selatan dan utara Jalur Gaza. Sementara IDF melansir jumlah tentara mereka yang tewas meningkat menjadi 6 orang dalam 24 jam terakhir setelah serangan tersebut. IDF mengumumkan terbunuhnya seorang perwira berpangkat mayor cadangan dalam ledakan amunisi di Jalur Gaza.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengatakan bahwa mereka memancing pasukan teknik Israel dan meledakkan alat peledak, membunuh dan melukai anggotanya di timur kota Rafah, selatan Jalur Gaza. Al-Qassam juga mengatakan bahwa pihaknya mengebom lokasi kontrol dan pengawasan di timur kota Jabalia dengan mortir.

Mereka menambahkan bahwa para pejuangnya, bersama Brigade al-Quds, bentrok dengan pasukan khusus Israel di kamp Jabalia, membunuh dan melukai anggotanya. Al-Qassam juga menargetkan 4 buldoser militer dan sebuah tank dengan peluru Al-Yassin di timur kamp, ​​​​dan mengkonfirmasi pemboman tank lain di timur Jabalia dengan perangkat strobo dari awal.

Juga di kamp tersebut, Brigade Al-Qassam mengumumkan penghancuran sebuah pengangkut pasukan Israel dengan peluru Al-Yassin, menyebabkan awaknya tewas dan terluka, sementara pejuang Al-Qassam menyerang garis belakang pasukan yang melakukan penetrasi dari sisi timur dan meledakkan dua buldoser.

Di Rafah, Brigade Al-Qassam mengumumkan penargetan tank Merkava dan buldozer D-9 di timur kota, dan di daerah Ard Al-Shawi di timur kota, pejuang Al-Qassam berhasil menembak seorang tentara Israel. dengan senapan Ghoul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement