Rabu 05 Jun 2013 12:54 WIB

Cina Blokir Tugu Peringatan Tiananmen

Red:
Peringatan Tragedi Tiananmen
Peringatan Tragedi Tiananmen

BEIJING -- Kepolisian  Cina telah memblokir akses menuju kuburan orang orang yang tewas dalam aksi protes di Lapangan Tiananmen pada 1989.

Lebih dari selusin petugas keamanan berjaga di luar gerbang batu di kuburan Wanan di bagian barat Beijing, dimana keluarga korban kerap  berkunjung setiap tahun.

Personel keamanan juga berpatroli di dekat bekas rumah Zhao Ziyang, mantan sekretaris partai komunis yang disingkirkan dan di bawah tahanan rumah selama aksi protes.

Setiap tahun pada 4 Juni, pihak berwenang selalu mencoba untuk melarang peringatan dan acara diskusi saat ratusan orang tewas ketika tentara Cina menyerang para demonstran pro-demokrasi.

Yang menarik, Cina juga memblokir pencarian data online pada Sina Weibo, Twitter versi Cina, menampilkan berbagai kata kunci yang terhubung pada persitiwa Tiananmen.

Tadi malam sekitar 150.000 orang berkumpul di Hong Kong untuk menghidupkan lilin. Hong Kong dan Macau, kedua wilayah ini mempunyai hak istimewa dan menjadi tempat yang memungkinan menjadi tempat peringatan.

Aktivis mengkritik

Para aktivis memilih situs online di luar negeri untuk mengkritik Pemerintah Cina.

Pengacara hak asasi, Liu Xiaoyuan, mengatakan dirinya diblokir dari Sina Weibo selama seminggu, karena berbagi "informasi yang sensitif".

Liu mengajak warga untuk menghormati korban Tiananmen dengan posting  gambar dari lilin yang menyala.

Artis terkemuka dan aktivis, Ai Weiwei, juga menggunakan Twitter agar pendapatnya didengar.

"Sengketa di negeri ini pada dasarnya terjebak pada apakah menyalakan lilin atau memadamkannya," katanya di Twitter.

China Human Rights Defenders yang berbasis di Hongkong, mengatakan pihak berwenang juga telah menahan dan meningkatkan pengawasan dari 10 aktivis yang menonjol atau pembangkang.

Tiananmen menjadi peristiwa  protes  terbesar terahdap Partai Komunis China sejak berkuasa pada 1949.

Deng Xiaoping membenarkan intervensi militer - yang melihat lebih dari 200.000 tentara dikerahkan - sebagai terhadap "pemberontakan kontra-revolusioner".

Perkiraan tidak resmi dari jumlah yang terbunuh selama protes berkisar dari sekitar 200 sampai lebih dari 3.000.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement