Rabu 03 Jan 2018 19:09 WIB

Papua Nugini Siapkan Pengemudi Bus Perempuan Pertama

Sebuah bus yang didonasikan oleh perusahaan Australia diangkut dari kontainer di Port Moresby.
Foto: ABC
Sebuah bus yang didonasikan oleh perusahaan Australia diangkut dari kontainer di Port Moresby.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT MORESBY -- Layanan bus khusus di Papua Nugini yang memberi para perempuan tumpangan yang aman dan gratis kini tengah melatih beberapa pengemudi bus perempuan pertama di negara ini.

Poin utama:

  • Mayoritas perempuan telah menjadi korban kejahatan di dalam transportasi publik Port Moresby
  • Layanan bus yang ada saat ini di Papua Nugini benar-benar kotor dan tak bisa diandalkan
  • Layanan perempuan ini bertujuan beroperasi tepat waktu, aman dan bersih

Layanan bus Meri Seif atau Amankan Perempuan tengah memperluas operasinya berkat donasi 4 bus baru dari perusahaan asal Australia, Ventura. Yayasan Ginigoada, yang mengoperasikan layanan itu, memutuskan sebuah bus khusus perempuan seharusnya dikemudikan oleh perempuan, dan memberi mereka kesempatan lewat program pelatihan yang unik.

"Masuk ke dalam bus dan melihay seorang perempuan di belakang kemudi, kami pikir itu akan menjadi sikap yang sangat positif," kata manajer Ginigoada, Mike Field.

Sekelompok kecil peserta pelatihan kini tengah belajar mengemudi bus dengan harapan mereka akan terpilih untuk pekerjaan permanen mengemudikan bus Meri Seif. "Sopir perempuan mengemudikan bus untuk penumpang perempuan, itu yang dicapai ke depan dan saya akan berupaya maksimal," kata peserta pelatihan, Gorame Momo.

Mengemudikan kendaraan besar dipandang sebagai pekerjaan laki-laki di Papua Nugini, tapi seorang peserta pelatihan bernama Gita Madaha melamar pelatihan ini setelah melihat seorang perempuan mengemudikan sebuah bus di Townsville. "Ketika saya melihat perempuan mengemudi, saya sangat bangga terhadapnya sehingga saya ingin menjadi seorang pengemudi seperti dirinya. Itu menginspirasi saya," kata Gita.

Christina Memti mengemudikan bus berkapasitas 16 kursi
Christina Memti mengemudikan bus berkapasitas 16 kursi di wilayah dataran tinggi tapi ingin mengoperasikan kendaraan yang lebih besar.

ABC News: Eric Tlozek

Lakukan apa pun yang bisa dilakukan laki-laki

Salah satu peserta pelatihan telah menjadi pelopor. Christina Memti mengemudikan bus berkapasitas 16 kursi di kota dataran tinggi Mt Hagen dan ingin mempelajari bagaimana mengemudikan kendaraan yang lebih besar. "Saya selalu bermimpi melakukan pekerjaan laki-laki," ujarnya.

"Mengemudikan bus, mengemudikan truk besar, melakukan apapun yang bisa dilakukan laki-laki."

Para perempuan ini adalah murid yang sangat ingin belajar dan pelatih mereka, Rodney Graham, begitu bangga membantu mereka menembus batas, tanpa menerobos kaca pembatas apa pun. "Para laki-laki di sepanjang jalan dan di kendaraan lain melihat kami seolah-olah kami melakukan sesuatu yang berbeda jadi pada dasarnya ini adalah hal baru," tuturnya.

Empat bus ini akan membantu para perempuan tetap aman di Papua Nugini.
Empat bus ini akan membantu para perempuan tetap aman di Papua Nugini.

Supplied: Ginigoada Foundation

Mayoritas perempuan korban kejahatan transportasi publik

Layanan bus Meri Seif sangat disambut baik di Port Moresby, kota yang disebut survei badan perempuan PBB menunjukkan mayoritas perempuan telah menjadi korban kejahatan transportasi publik. Yayasan Ginigoada ingin membuat bus Meri Seif bisa bertahan secara swadaya dengan turut meluncurkan layanan bus berbayar.

Mike Field mengatakan, proyek itu akan menunjukkan bagaimana seharusnya layanan transportasi publik: bersih, aman dan -dalam upaya revolusioner bagi Port Moresby -beroperasi tepat waktu. "Kami benar-benar ingin menerapkan ini, kami mencoba untuk melakukan apapun di tingkat kualitas," sebut Mike.

Sebagian besar perempuan di Port Moresby telah menjadi korban kejahatan transportasi publik.
Sebagian besar perempuan di Port Moresby telah menjadi korban kejahatan transportasi publik.

ABC News: Eric Tlozek

Transportasi publik dikenal kotor dan tak aman

Transportasi publik yang ada saat ini di Port Moresby dijalankan dengan sejumlah bus yang dimiliki swasta dan dikenal dengan nama Public Motor Vehicles (Kendaraan Bermotor Umum), atau PMV. Mereka dikenal begitu kotor, tidak aman dan tak bisa diandalkan dan hanya berhenti di halte utama ketika penuh, membuat penumpang mengantre dalam waktu lama, yang membuat mereka berisiko mengalami kejahatan jalanan.

Pastor Mike Field mengatakan, yayasannya ingin menunjukkan bahwa menaiki transportasi publik bisa begitu menyenangkan ketimbang menyeramkan. "Kami mencoba menyediakan transportasi yang tak hanya aman tapi juga sangay dihargai," sebutnya.

"Menurut kami, kehormatan perempuan itu seharusnya mereka punya layanan busa yang bersih, bus yang layak dinaiki. Ketika mereka masuk bus itu, mereka tak merasa berada di dalam truk dengan kursi, kami ingin mereka merasakan pengalaman yang berkualitas," katanya.

Layanan bus khusus perempuan ‘Meri Seif’ di Papua Nugini tengah melatih para pengemudi perempuan pertama mereka.
Layanan bus khusus perempuan ‘Meri Seif’ di Papua Nugini tengah melatih para pengemudi perempuan pertama mereka.

ABC News: Eric Tlozek

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/papua-nugini-siapkan-pengemudi-bus-perempuan-pertama/9302516
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement