Selasa 27 Jan 2015 17:27 WIB

'Sikapi Kartun Charlie Hebdo Sekarang, Kita Sudah Kehilangan Momen'

Rep: Dyah ratna meta novia/ Red: Winda Destiana Putri
Redaksi Majalah Charlie Hebdo
Foto: AFP
Redaksi Majalah Charlie Hebdo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai pentingnya dibuat kesepakatan internasional yang mengatur tentang kerukunan manusia setelah adanya kasus karikatur pada Majalah Charlie Hebdo di Prancis.

Ini diperlukan untuk membentuk kesepakatan global perlunya kode etik hidup berdampingan secara damai di dunia internasional yang majemuk. Menanggapi hal itu, Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Nasaruddin Umar mengatakan, sebenarnya kesepakatan internasional jangan hanya dibuat untuk menyikapi satu hal saja yakni gambar kartun yang dibuat majalah Charlie Hebdo di Paris. Kalau isunya lebih makro, bukan hanya soal kartun itu tidak masalah.

"Namun kalau hanya untuk kartun itu, kita sudah kehilangan momen. Orang-orang sudah menelurkan berbagai konsep dan seminar dari berbagai negara membahas masalah Charlie Hebdo, kalau mau harus masalah yang lebih makro, bukan soal kartun saja," kata Nasaruddin, Selasa, (27/1).

Lebih baik, energi digunakan untuk konsolidasi umat Islam Indonesia seperti proses reislamisasi, meningkatkan pemahaman agama di Indonesia tanpa menggunakan atribut Timur Tengah untuk menjadi Muslim.

Apalagi saat ini masih banyak umat Islam yang kadang suka pergi ke dukun, atau ada orang-orang yang masih mempraktekkan animisme yang berbau sirik. "Penyadaran umat Islam Indonesia terhadap hal-hal yang berbau sirik penting dilakukan," kata Nasaruddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement