Kamis 30 Jul 2015 18:58 WIB

Malaysia Hampir Pastikan Puing di Pulau Reunion adalah MH370

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Bilal Ramadhan
  Diagram area pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 di Samudra Hindia bagian selatan, yang dirilis oleh Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA) di Canberra, Kamis (20/3). (Reuters/Sean Davey)
Diagram area pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 di Samudra Hindia bagian selatan, yang dirilis oleh Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA) di Canberra, Kamis (20/3). (Reuters/Sean Davey)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia hampir memastikan puing-puing pesawat yang ditemukan di Pulau Reunion di Samudera Hindia adalah Boeing 777. Wakil Menteri Transportasi Malaysia, Abdul Aziz Kaprawi mempertinggi kemungkinan puing tersebut merupakan pesawat MH370 yang hilang.

Malaysia Airlines Boeing 777 menghilang tanpa jejak pada Maret tahun lalu dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing. Insiden ini merupakan salah satu misteri paling membingungkan dalam sejarah penerbangan. Pesawat tersebut membawa 239 penumpang dan awak.

Upaya pencarian yang dipimpin oleh Australia berfokus pada hamparan luas Samuedera Hindia, selatan dari Australia sekitar 3.700 km dari Pulau Reunion, Prancis. Ada empat kecelakaan serius yang melibatkan 777 dalam 20 tahun terakhir sejak jet berbadan lebar tersebut hadir. Namun hanya MH370 yang diperkirakan jatuh di selatan khatulistiwa.

Foto-foto puing yang ditemukan teah beredar luas. Pakar penerbangan yang telah melihat foto-foto itu menduga bila puing merupakan permukaan sayap yang dikenal sebagai flaperon. Bagian tersebut merupakan permukaan sayap yang bergerak dan terletak dekat dengan badan pesawat.

"Ini hampir pasti bahwa flaperon adalah dari pesawat Boeing 777. Kepala penyidik kami di sini mengatakan kepada saya," ujar Wakil Menteri Transportasi Malaysia, Abdul Aziz Kaprawi. Ia menambahkan, tim Malaysia sedang menuju Pulau Reunion, sekitar 600 km timur Madagaskar.

Wakil Perdana Menteri Australia Warren Truss mengatakan, objek memiliki sejumlah cap di atasnya. Hal itu dimungkinkan dapat mempercepat verifikasi pesawat. "Ini jenis pekerjaan yang akan memakan waktu meskipun jumlahnya dapat membantu unuk mengidentifikasi bagian-bagian pesawat," kata Warren.

Peneliti percaya, seseorang sengaja mematikan transponder MH370 sebelum mengalihkan arah pesawat. Sebagian besar penumpang adalah warga Cina. Untuk itu Beijing terus mengikuti perkembangan yang terjadi meski dalam ketidakpastian. Ketidakpastian nasib pesawat telah memberi keluarga korban penderitaan.

"Bahkan jika kita mengetahui bahwa ini bagian dari puing-puing milik MH370, tidak ada cara untuk membuktikan bahwa keluarga kami di pesawat itu," kata salah satu kerabat korban, Jiang Hui (41 tahun).

Seorang pengacara yang mewakili beberapa keluarga penumpang, Zhang Qihuai mengatakan bila sekitar 30 kerabat telah sepakat akan melanjutkan gugatan kepada maskapai. Seandainya puing-puing itu dipastikan MH370.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement