Sabtu 21 Nov 2015 15:31 WIB
Serangan Teror Paris

Kondisi Muslim Paris Pascaserangan Teror

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ilham
Muslim Prancis. Ilustrasi
Foto: .
Muslim Prancis. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para pelaku penyerangan di Paris, Prancis, yang mengklaim dirinya sebagai 'pejuang Islam' mendatangkan kesulitan tersendiri bagi Muslim lainnya. Padahal, tindakan para ekstremis tersebut tidak mencerminkan ajaran, bahkan justru mencoreng nama Islam.

Samia Mahfoudia merasakan getah dari perbuatan para ektremis itu. Saat menaiki angkutan cepat di Paris menuju Masjid Raya Paris (Grand Mosque) untuk shalat, para penumpang lain menatapnya dengan dingin dan seolah memintanya turun.

Pengalaman serupa dialami Ahmed El Mziouzi, pria Maroko yang telah menganggap Prancis sebagai rumahnya selama 42 tahun. "Orang-orang menatap Muslim dengan sedikit aneh karena para pelaku mengatasnamakan Islam dalam serangan yang menewaskan 130 orang," kata dia seperti dikutip dari The Orange County Register, Sabtu (21/11).

Ini adalah masa sulit bagi umat Islam di Prancis. Sama seperti masyarakat lainnya, kaum Muslim di seluruh Paris dan dunia juga terkejut, takut, dan marah atas serangan yang membabi buta itu. Di Paris, Muslim juga ikut mengunjungi tempat penghormatan bagi para korban yang bertabur bunga dan lilin di luar gedung konser Bataclan dan kafe di mana para penyerang beraksi.

Semua orang agaknya harus menyesuaikan diri pascaserangan yang terjadi Jumat pekan lalu. Polisi dengan rompi antipeluru berjaga-jaga di masjid Paris saat Muslim menjalankan ibadah shalat Jumat. Polisi juga memindai para jamaah dengan detektor logam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement