Rabu 10 Feb 2016 11:27 WIB

Pentagon Cari Dana untuk Operasi Militer di Libya

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nur Aini
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ash Carter berbicara kepada wartawan di Pentagon, Rabu (13/1).
Foto: AP
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ash Carter berbicara kepada wartawan di Pentagon, Rabu (13/1).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon sedang mencari 200 juta dolar AS untuk dana operasi kontraterorisme 2017 di Libya dan sekitarnya, Rabu (10/2). Meski Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengatakan Libya juga harus mulai memimpin operasi untuk mengurangi ancaman ISIS di sana.

Pendanaan baru ini mengindikasikan langkah militer AS untuk memerangi ancaman. Dana akan digunakan untuk mengembangkan drone dan penerbangan pengintaian, serangan juga operasi lainnya.

Selain di Libya, dana juga mencakup operasi di Afrika Barat dan Utara. Ini adalah pertama kalinya Pentagon mengikutsertakan Afrika dalam pendanaan terpisah untuk memerangi ISIS.

Tidak jelas bagaimana alokasi dana untuk masing-masing negara. Namun 200 juta dolar AS tersebut adalah bagian dari seluruh peningkatan pendanaan departemen perang, termasuk operasi di Afghanistan, Iran, juga Suriah.

Untuk pendanaan perang, Pentagon meminta 58,8 miliar dolar AS selama 2017. Tahun ini, Pentagon meminta 58,6 miliar dolar AS.

Menurut sumber dari kementerian pertahanan, Pentagon sedang mencari cara untuk meningkatkan penerbangan drone di Libya dan Afrika. Hal ini demi mendapat gambaran yang lebih baik terkait kondisi terkini sehingga mereka bisa merancang operasi yang dibutuhkan.

Ada penambahan signifikan militan ISIS di Libya sehingga sarana dan prasarana dinilai perlu ditingkatkan. Di bawah penjelasan pendanaan, Pentagon kabarnya akan menambah jumlah pasukan tempur udara 24 jam dari 60 unit menjadi 90 unit pada Oktober 2019.

Pejabat AS khawatir bahwa Libya akan menjadi seperti Suriah dimana ISIS menjamur menyebar perang sipil hingga menyebar ke Irak. Sejak 2014, Libya sudah terpecah jadi dua otoritas dan melahirkan perang sipil. Keduanya didukung oleh masing-masing etnis dan kelompok militan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement