Ahad 10 Apr 2016 08:01 WIB

Kemiskinan Pribumi di Balik Panama Papers

Rep: C38/ Red: Nur Aini
Panama
Foto: Huffingtonpost
Panama

REPUBLIKA.CO.ID,PANAMA -- Temuan para jurnalis lintas negara dalam Panama Papers tengah mengguncang dunia. Sekitar 8 persen kekayaan keuangan global berada di kawasan itu. Tapi, apapun yang terjadi, nasib masyarakat pribumi tak pernah jadi berbeda.

Sebuah studi Bank Dunia terhadap masyarakat adat di Amerika Latin menemukan, suku asli hanya mendapatkan sedikit keuntungan atas pertumbuhan ekonomi di negara mereka. Kemiskinan berada di atas 70 persen. Mereka tetap miskin.

Meski, definisi 'miskin' ini pun rumit. Sementara masyarakat modern menakar derajat kekayaan berdasar aset keuangan, banyak orang pribumi menganggap diri mereka kaya karena mereka memiliki koneksi dengan alam dan berhasil melindungi budaya mereka.

"Gagasan bahwa Indian salah satu suku termiskin itu rumit," kata Wakil Direktur Eksekutif Cultural Survival, Mark Camp, dilansir dari Al Jazeera, Ahad (10/4). Cultural Survival adalah sebuah LSM yang berbasis di AS untuk mendukung hak-hak masyarakat adat di seluruh dunia.

Menurut dia, apabila kita mengukur kekayaan dan kemiskinan dengan standar manusia modern, masyarakat adat akhirnya akan jauh ke peringkat paling bawah. Namun, mereka sering tersinggung dengan nilai kekayaan yang ditetapkan oleh standar Barat.

"Saya tahu tanah ini luar dalam," kata Celso, salah satu anggota suku asli Indian, Embera. Ia berjalan tanpa alas kaki melalui hutan lebat. Suku Embera tinggal di rumah beratap jerami di atas panggung dan melakukan perjalanan mereka dengan kano di sepanjang Sungai Chagres. Mereka juga memiliki bahasa sendiri.

Embera memiliki kedaulatan atas tanah karena pemerintah menetapkannya sebagai wilayah adat (comarca indigena). Suku ini pun memiliki sistem administrasi dan peradilan sendiri. Suku lain, Kuna, memiliki otonomi penuh atas lahan, yaitu Guna Yala, sebuah kepulauan yang juga dikenal sebagai San Blas. Sebuah wilayah perbatasan membagi Guna Yala dan Panama. Pengunjung harus menunjukkan paspor dan perlu otoritas khusus untuk mengunjungi.

Banyak yang telah berubah sejak Celso masih kanak-kanak. Panel surya kini menyuplai desanya dengan listrik. Deforestasi, perubahan iklim, infrastruktur, pertambangan, dan proyek-proyek listrik tenaga air menimbulkan ancaman terhadap habitat alami masyarakat adat.

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata telah muncul sebagai sumber utama pendapatan bagi beberapa suku. Banyak masyarakat adat pindah ke daerah perkotaan. Sebagian besar pindah ke Panama City untuk mencari kerja dan mendapat pendidikan.

Osvaldo Jordan dari NGO Alianza para la Conservacion y el Desarrollo mengakui, sulit untuk mempertahankan gaya hidup orang tua ketika seseorang melihat betapa dunia telah banyak berubah. "Pertanyaannya, apa artinya indigenous di dunia modern?" ujar Jordan.

"Mungkin aku ingin tinggal di AS suatu hari nanti," kata Celso, sembari menunjuk dari tepi sungai. "Tapi tanah ini adalah rumah saya," kata dia.

Baca juga: Menengok Panama Tanpa Panama Papers

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement