Jumat 12 May 2017 21:25 WIB

Pejabat Australia Tuduh Cina Mata-matai Negaranya

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Dwi Murdaningsih
Spionase
Spionase

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pejabat senior Departemen Pertahanan Australia mengungkapkan bahwa Cina sedang melakukan spionase terhadap Australia. Dalam pernyataan yang dikemukakannya pada Jumat (12/5), ini merupakan tuduhan yang jarang disampaikan ke publik. Mengingat Cina adalah mitra dagang terbesar negaranya.

Upaya mata-mata Cina terhadap Australia sudah menjadi spekulasi oleh para pengamat. Namun pejabat tersebut seperti menghindari keluhan publik.

"Sudah bukan rahasia lagi bahwa Cina sangat aktif dalam kegiatan intelijen untuk melawan kita. Ini lebih dari sekadar siber," kata Sekretaris Departemen Pertahanan Dennis Richardson dalam sebuah pidatonya di Canberra, Jumat (12/5).

Pertanyaan tentang keterlibatan Cina di Australia tersebut sudah muncul sejak 2015 lalu. Di mana sebuah pelabuhan komersial dan militer di Darwin utara disewakan ke perusahaan swasta Cina. Perusahaan tersebut diketahui memiliki hubungan dekat dengan militer Cina.

Kesepakatan ini sempat mendapatkan teguran dari pejabat pemerintah Amerika Serikat. Kesepakatan itu memicu reaksi balik atas implikasi keamanan.

Mulai saat itu, Australia kemudian memblokir beberapa penawaran penting dari perusahaan Cina. Pemerintah tak memberikan penjelasan resmi mengenai alasan pemblokiran tersebut. Kendati demikian, Richardson mengatakan upaya mata-mata Cina tersebut menjadi faktor utama dalam pembuatan keputusan oleh pemerintah.

Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang mengaku tidak terlalu peduli dengan pernyataan Richardson. Pihaknya lebih memilih untuk melihat bagaimana pemerintah Cina melakukan upaya untuk meningkatkan kerja sama.

"Kami berharap orang-orang yang relevan dengan pemerintah Australia dapat mengatakan lebih banyak hal yang bisa menguntungkan dalam pengembangan hubungan Cina-Australia. Berbuat lebih banyak untuk memberi keuntungan dalam memperdalam kerja sama, dan tidak membuat komentar yang tidak bertanggung jawab," ujar Geng dalam sebuah konferensi pers.

Pada bulan lalu Australia dan Cina baru saja sepakat tidak akan melakukan atau mendukung pengaktifan siber untuk pencurian kekayaan intelektual, rahasia dagang atau informasi bisnis rahasia. Setelah kedua pemimpin negara tersebut melakukan pembicaraan.

Menurut Richardson, aktivitas intelejensi Cina tersebut dilakukan di dalam komunitas etnis Tionghoa dan media Cina. "Pemerintah Cina terus mengawasi masyarakat Cina di Australia. Dan secara efektif mengendalikan beberapa media berbahasa Cina di Australia," katanya.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement