Kamis 12 Apr 2018 15:09 WIB

Australia Akui Hubungan dengan Cina Tegang

UU Interferefensi Asing Australia menjadi pemicu ketegangan hubungan kedua negara

PM Australia Malcolm Turnbull (kiri) bersalaman dengan Presiden Cina Xi Jinping.
Foto: ABC News
PM Australia Malcolm Turnbull (kiri) bersalaman dengan Presiden Cina Xi Jinping.

REPUBLIKA.CO.ID, Upaya Australia untuk melindungi diri dari spionase telah memicu ketegangan dengan Cina, demikian pengakuan Perdana Menteri Malcolm Turnbull. Komentar itu disampaikan setelah pemberitaan suratkabar The Australian mengutip mantan politisi Peter Costello yang menyebut hubungan kedua negara tegang saat ini.

Costella menyebut bahwa tidak ada menteri Australia yang menghadiri Forum Boao di Pulau Hainan, Cina. Forum ini diadakan setiap April, dan tahun ini Presiden Cina Xi Jinping menggunakannya untuk menyampaikan pidato utama.

PM Turnbull mengatakan rencana Pemerintah untuk melegislasi campur tangan asing telah memicu beberapa kesalahpahaman. "Jelas ada ketegangan dalam hubungan itu setelah pengajuan RUU tentang campur tangan asing," kata PM Turnbull kepada radio 3AW.

"Tapi saya sangat yakin bahwa kesalahpahaman apapun akan diselesaikan."

PM Turnbull membantah Cina menolak memberikan visa kepada menteri-menteri Australia. Dia mengatakan ada "kesalahan" pemberitaan UU Interferensi Asing Australia di beberapa media Cina.

"Hubungan kami sangat dalam dan luas, tetapi dari waktu ke waktu ada perbedaan persepsi," katanya.

"Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Cina. Saya secara teratur berkorespondensi dengan Perdana Menteri Li Keqiang dan Presiden Xi Jinping," ujarnya.

"Kami memiliki hubungan yang sangat kuat dan terhormat dengan Cina dan seperti negara mana pun kami melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan bahwa pengaruh asing dalam politik kami dibuka dan dinyatakan," tambahnya.

"Kita tidak menerima campur tangan asing dalam proses politik atau pemerintahan kami dan itu tidak ditujukan pada negara tertentu."

The Australia mengutip Costello bahwa: "Kita melewati masa ini. Hubungan menegang selama masa PM Rudd dan kami berhasil menutupi semuanya. Tegang lagi saat ini dan saya berharap kita berhasil memperbaikinya lagi."

Turnbull mengakui ada "derajat ketegangan dalam hubungan" karena RUU tersebut namun ia membela perlunya undang-undang itu. "Pemerintah Australia perlu memastikan hanya warga Australia yang memengaruhi proses politik kami. Jika orang asing berusaha memengaruhinya mereka harus melakukannya secara terbuka dan transparan," katanya.

Sementara itu Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten mengatakan belakangan ini hubungan dengan Cina "lebih banyak turbulensinya".

Menteri Perbendaharaan Negara (Treasurer) Scott Morrison mengatakan memandang remeh hubungan dengan Cina tidaklah membantu. Dia menyebut jumlah mahasiswa Cina di universitas Australia serta China adalah mitra dagang terbesar Australia.

Awal tahun ini, pejabat Departemen Luar Negeri Frances Adamson mengakui adanya kesulitan dalam hubungan dengan Cina. Namun dia mengatakan kepada Senat bahwa kedua negara sedang berusaha melewati perbedaan.

"Kita akan melalui periode dimana ada beberapa masalah yang rumit dan sulit tetapi kami berusaha melaluinya," katanya.

Awal pekan ini, PM Turnbull menanggapi laporan bahwa Cina mungkin membangun pangkalan AL di Vanuatu. Dia memperingatkan bahwa Australia mengkhawatirkan hal itu.

Dia mengatakan Vanuatu telah meyakinkan Australia bahwa Cina tidak mengajukan permintaan untuk meningkatkan pelabuhan di negara itu menjadi pangkalan AL Cina.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di ABC Australia.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-04-12/australia-akui--hubungan-dengan-china-memanas-karena-uu-spionase/9645610
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement