Ahad 03 Sep 2017 03:15 WIB

Trump akan Tarik Kesepakatan Dagang dengan Korsel

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ratna Puspita
Sebuah foto handout yang dibuat oleh Angkatan Udara AS pada 1 September 2017 menunjukkan amunisi dari misi bilateral Angkatan Udara AS, Korps Marinir AS dan Pasukan Udara Korea Selatan (ROKAF), meledak di Range Pilsung, Korea Selatan, 31 Agustus 2017. Misi tersebut dilakukan untuk menanggapi langsung peluncuran rudal balistik jarak menengah Korea Utara.
Foto: EPA-EFE/US AIR FORCE/STAFF SGT ALEX FOX ECHOLS III HANDOUT
Sebuah foto handout yang dibuat oleh Angkatan Udara AS pada 1 September 2017 menunjukkan amunisi dari misi bilateral Angkatan Udara AS, Korps Marinir AS dan Pasukan Udara Korea Selatan (ROKAF), meledak di Range Pilsung, Korea Selatan, 31 Agustus 2017. Misi tersebut dilakukan untuk menanggapi langsung peluncuran rudal balistik jarak menengah Korea Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Presiden AS Donald Trump telah menginstruksikan penasehatnya untuk mempersiapkan penarikan diri dari kesepakatan perdagangan bebas antara Amerika Serikat dengan Korea Selatan. Langkah ini diduga akan memicu ketegangan ekonomi saat kedua negara tengah menghadapi krisis senjata nuklir Korea Utara.

Dilansir dari Washington Post pada Ahad (3/9), Persiapan internal untuk mengakhiri kesepakatan dan melakukan proses penarikan formal akan dimulai segera pada pekan ini. Meski demikian, Trump masih bisa memutuskan untuk tetap berada dalam kesepakatan ini jika ada negoisasi ulang.

Sejumlah pejabat senior Gedung Putih berusaha mencegah Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut. Mereka di antaranya penasihat keamanan nasional H.R McMaster, Menteri Pertahanan Jim Mattis, dan Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gary Cohn.

Mereka memiliki alasan tersendiri untuk mencoba menghentikan Trump menarik diri dari kesepakatan perdagangan bebas dengan Korea Selatan. Mereka mengaku tidak ingin mengisolasi pemerintahan Seoul saat Korea Utara semakin tidak bersahabat dengan program rudalnya.

Setelah menarik diri dari kesepakatan tersebut, Trump akan memaksa Korea Selatan mengimpor lebih banyak produk AS dengan sedikit pembatasan ekspor. Mereka percaya hal ini akan memulai perang dagang antara kedua negara.

Perjanjian perdagangan antara AS dan Korea Selatan ditandatangani pada 2007 dan mulai berlaku pada 2012. Penarikan dari kesepakatan tersebut dapat menyebabkan kenaikan tarif yang dikenakan terhadap produk impor AS dari Korea Selatan, seperti barang elektronik, telepon seluler, dan mobil.

Korea Selatan mungkin akan bergerak cepat untuk menaikkan tarifnya sendiri terhadap produk AS. Negara itu juga dapat memutuskan untuk menaikkan tarif impor produk pertanian AS.

Pada Juli, Perwakilan Perdagangan AS Robert E. Lighthizer mengungkapkan beberapa keluhan Trump dengan kesepakatan dagang bersama Korea Selatan ini. Lighthizer mengatakan sejak 2012, defisit perdagangan AS terhadap barang-barang Korea Selatan telah meningkat dua kali lipat dari 13,2 miliar dolar AS menjadi 27,6 miliar dolar AS.

Korea Selatan adalah mitra dagang keenam terbesar AS, yang menyumbang 112,2 miliar dolar AS dalam perdagangan tahun lalu. Perusahaan AS mengekspor barang senilai 42,3 miliar dolar AS ke Korea Selatan dan mengimpor barang senilai 69,9 miliar dolar AS tahun lalu, yang menyebabkan defisit perdagangan sebesar 27,7 miliar dolar AS.

Perjanjian perdagangan bebas AS-Korea Selatan, yang dikenal dengan KORUS, dapat dihentikan setelah enam bulan persetujuan. Jadi jika Trump menandatangani surat untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut, kesepakatan tersebut akan berakhir pada Maret 2018 secara efektif.

KORUS disetujui oleh Kongres, namun Trump bisa membatalkan kesepakatannya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement