Kamis 07 Sep 2017 06:56 WIB

Tentara AS Minta Maaf Atas Selebaran yang Singgung Islam

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Amerika di Afghanistan, ilustrasi
Tentara Amerika di Afghanistan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Komandan tertinggi AS di Afghanistan Mayjen James Linder meminta maaf pada Rabu (6/9) atas selebaran yang menyinggung umat Islam. Dalam selebaran propaganda itu, tentara AS menggambarkan diri mereka sebagai singa yang mengejar Taliban yang digambarkan sebagai seekor anjing.

Namun mereka menempelkan bendera Taliban, yang terdapat kalimat syahadat di dalamnya di tubuh anjing tersebut. Pasukan AS menjatuhkan selebaran itu di provinsi Parwan, utara Kabul, tempat pertempuran meletus pada 2012, usai sekelompok tentara AS membakar salinan Alquran dan buku teks agama lainnya.

Protes atas selebaran itu menyebar ke bagian lain di Afghanistan dan memuncak dalam serangan mematikan terhadap sebuah kompleks PBB.

"Rancangan selebaran tersebut keliru memuat gambar yang sangat menyinggung umat Islam dan agama islam. Saya dengan tulus meminta maaf," kata Mayjen James Linder. "Kami memiliki rasa hormat yang mendalam terhadap Islam dan mitra Muslim kami di seluruh dunia."

Dia berjanji akan melakukan penyelidikan untuk menentukan penyebab kelalaian ini dan meminta pertanggungjawaban pihak yang bertanggung jawab. "Selanjutnya, saya akan melakukan perubahan yang sesuai sehingga hal ini tidak akan pernah terjadi lagi," ujar Linder.

Gubernur Parwan dan sejumlah ulama juga mengecam selebaran tersebut dan meminta agar mereka yang bertanggung jawab segera dihukum. Taliban turut mengungkapkan kemarahannya pada selebaran tersebut.

"Tentara Amerika yang menduduki wilayah ini, dengan menjatuhkan selebaran melalui udara di Parwan, menunjukkan penghinaan terhadap Alquran dan Islam," ujar juru bicara Taliban, Qari Mohammed Yousuf, kepada Arab News.

Zakia Sangin, seorang anggota parlemen Parwan, mengatakan militer AS telah menghubungi semua anggota parlemen provinsi tersebut pada Selasa (5/9). Mereka mengatakan hal itu merupakan kesalahan percetakan dan distribusi, dan telah berjanji untuk melakukan penyelidikan.

"Ini adalah penghinaan total terhadap agama dan kesucian kita. Pelakunya harus dihukum," kata Sangin. "Orang-orang menjadi sangat emosional. Mereka menunjukkan reaksi di tengah kerapuhan situasi politik dan keamanan. Taliban aktif di daerah Parwan dan juga memanfaatkan kesempatan ini."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement