Sabtu 16 Dec 2017 01:15 WIB

Menag: Apapun Agamanya Indonesia Tolak Penjajahan

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Budi Raharjo
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
Foto: dok. Pribadi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mengakui Indonesia dikenal sebagai negara yang religius dan agamis jauh sebelum bangsa ini lahir. Maka dari itu sudah hal yang otomatis muncul rasa penolakan jika ada pelanggaran HAM atas suatu bangsa pada bangsa lain.

Semua agama di Indonesia tidak membenarkan perilaku tersebut. Sebagai sebuah bangsa, nusantara dapat merasakan betapa perih rasa dijajah negara lain, sebab sudah merasakan penajajahan selama 3,5 abad. Hal itu juga terlihat di pembukaan konstitusi bangsa menjadi kemerdekaan hak segala bangsa.

"Penjajahan sudah bukan lagi di era ini. Ini era globalisasi. Era di mana urusan administratif tidak lagi berlaku. Di mana tidak ada sekat kaku yang membatasi kita. Sehingga semangat bersinergi perlu ditegaskan," ujar Menag dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, di Gedung Kemkominfo, Jakarta, Jumat (15/12).

Menurutnya, respons bangsa membela Palestina adalah palestina dan Yerusalem merupakan Kota berdirinya tiga agama besar; Islam, Yahudi, Kridten. Sebagai negara Islam terbesar keberadaan Yerusalem dengan Masjidil Aqsa, merupakan tempat Mi'raj. Masjid pertama kiblat umat Islam sholat selama lebih dari 10 tahun. Masjid itu pula menjadi masjid yang kedudukannya sama dengan Nabawi dan Haram.

Oleh sebab itu, sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia konsisten bersama Palestina. Generasi muda harus memhamai mengapa keberpihakan Indonesia. Pada 6 September 1944, bangsa Palestina Muhamad Ali Taher menyebarluaskan kemerdekaan Indonesia. "Ada hubungan sejarah yang sangat kuat antara Palestina dan Indonesia meskipun beda kita luar biasa," ujarnya.

Rencana aksi 17/12 mendatang untuk memberi dukungan pada Palestina didukung oleh Menag dengan tujuan positif. Masyarakat yang berunjuk rasa akan melakukan doa bersama. Segala ikhtiar perlu menempuh cara lain dengan berdoa. Berkumpulnya banyak orang dalam tempat dan waktu yang sama menurutnya adalah sesuatu yang perlu dihargai.

"Menunjukkan dukungan tidak hanya semata dukungan agama. Ini perjuangan membela hak sesama umat manusia yang terjajah oleh bangsa lainnya. Sebagai umat agama wajib memerangi dan mencegah proses penjajahan. Banyak majelis agama yang punya kepedulian yang sama," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement