Jumat 09 Mar 2018 15:04 WIB

Netanyahu Buka Pameran Yerusalem di Markas PBB

Pameran menceritakan orang Yahudi sebelum era Kristen.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Yerusalem.
Foto: al jazeera.com
Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuka pameran mengenai Yerusalem yang digelar di markas PBB di New York, pada Kamis (8/3). Pameran ini diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkuat klaim Israel terhadap Yerusalem sebagai ibu kota mereka.

Pameran yang disponsori Israel itu menceritakan tentang orang-orang Yahudi di Yerusalem berabad-abad sebelum era Kristen. Netanyahu mengatakan pameran ini menunjukkan sejarah panjang kota yang sangat disayangi oleh warga Israel tersebut.

"Hal ini ditolak oleh mereka yang berusaha menghapus sejarah umat kami, hubungan kami dengan tanah kami, dan hubungan kami dengan ibu kota kami yang abadi, Yerusalem," kata Netanyahu.

Kunjungan Netanyahu ke markas PBB kali ini dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember lalu. Namun sebanyak 128 negara anggota PBB menentang keputusan itu.

Hasil pemungutan suara di Majelis Umum PBB menyatakan pengakuan Trump telah batal demi hukum. Status Yerusalem dinilai hanya bisa ditentukan melalui negoisasi antara kedua belah pihak.

Atas sikap PBB tersebut, di pintu masuk pameran terdapat tulisan peringatan untuk pengunjung. "Pameran ini semata-mata merupakan tanggung jawab sponsor. Pelaksanaan pameran di gedung PBB tidak mengisyaratkan adanya dukungan dari PBB. Tanyakan pertanyaan yang ingin diajukan langsung ke panitia," tulis peringatan itu.

Menanggapi tulisan peringatan tersebut, Netanyahu mengatakan tentu pameran itu tidak mewakili PBB. Menurutnya, pameran diselenggarakan untuk mewakili kebenaran yang sebenarnya.

"Pameran ini tidak mungkin dihelat 10 tahun yang lalu. Dan pameran ini tidak perlu digelar 10 tahun lagi. Kami mengubah dunia. Kami mengubah posisi Israel di dunia, dan yang terpenting, kami memperjelas bahwa kami memperjuangkan kebenaran dan hak-hak kami. Kami juga memperjuangkan keamanan kami," kata Netanyahu.

Pameran yang bertajuk "3.000 Tahun Yahudi di Yerusalem" itu menampilkan sejumlah foto dan replika, termasuk dari Tel Dan Stela di abad ke 8-9 SM. Bukti sejarah Raja Daud itu adalah yang pertama diketahui dari Alkitab dan disegel dengan prasasti Ibrani "To Netanyahu son of Yaush" dari abad ke-7 SM.

Netanyahu sempat bertemu dengan Duta Besar AS Nikki Haley sebelum menghadiri pembukaan pameran tersebut. Ia memuji dukungan kuat Haley untuk Israel di PBB. "Kami memanggilnya angin topan Haley," ujar Netanyahu.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan Netanyahu tidak meminta untuk bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Terkadang para pemimpin negara datang untuk melakukan kunjungan dalam waktu yang sangat cepat. Sekretaris jenderal dan pejabat seniornya sering berhubungan dengan pemerintah Israel. Tidak ada masalah," ujar Dujarric.

Netanyahu datang ke New York setelah sebelumnya bertemu Trump dan para pemimpin Kongres di Washington. Dalam pertemuan itu, dia banyak membahas mengenai Iran yang dituduhnya ingin mengubur sejarah Israel.

"Cara terbaik untuk mencegah nuklirisasi Timur Tengah adalah memperbaiki kesepakatan nuklir Iran sepenuhnya. Ada aliansi baru di Timur Tengah, yaitu semua pihak yang menyadari bahwa ancaman terbesar yang kita hadapi sekarang adalah nuklir Iran dan Iran yang agresif," kata dia.

Netanyahu juga membahas mengenai kemarahan penduduk Palestina kepada Trump atas pengakuannya terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. "Kami belum akan meninggalkan perundingan damai. Tapi orang-orang Palestina telah meninggalkannya," ujar dia.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement