Rabu 30 May 2018 08:04 WIB

Iran Bersedia Dorong Gencatan Senjata di Yaman

Iran bantah berikan dukungan keuangan dan militer kepada houthi Yaman

Konflik Yaman
Foto: Youtube
Konflik Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Iran dan negara Eropa membuat kemajuan dalam pembicaraan untuk mengakhiri perang di Yaman saat Teheran bersedia mendorong gencatan senjata dan meringankan bencana kemanusiaan di sana, kata pejabat dari kedua sisi. Pembicaraan itu diadakan pada Februari sebagai bagian dari upaya mencegah keputusan Presiden Donald Trump mengeluarkan AS dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.

Dengan berada di jalur terpisah untuk perundingan nuklir, mereka bermaksud mengatasi kekhawatiran AS atas peran kawasan Iran dan menunjukkan Washington bahwa Eropa dapat menghargai kompromi dari Teheran. Fokus utamanya adalah perang Yaman, tempat musuh bebuyutan Iran dan Arab Saudi bertempur untuk memperebutkan pengaruhnya.

Iran membantah tuduhan Saudi bahwa telah memberikan dukungan keuangan dan militer kepada Houthi Yaman dalam perang sipil serta menyalahkan krisis yang mendalam di Riyadh. "Karena bencana kemanusiaan di Yaman, kami telah setuju untuk bekerja dengan Inggris, Prancis dan Jerman untuk mengakhiri konflik di Yaman," kata pejabat tinggi Iran.

"Tujuannya adalah untuk menjamin gencatan senjata untuk membantu warga sipil yang tidak bersalah. Kami akan menggunakan pengaruh kami untuk membawa sekutu kami ke meja perundingan," tambahnya.

Tiga diplomat Eropa mengatakan pembicaraan telah berkembang secara signifikan dan menuju ke arah yang benar. Sebuah koalisi pimpinan Saudi yang didukung oleh Barat telah melakukan serangan udara terhadap gerakan Houthi bersenjata dalam perang sejak 2015, untuk memulihkan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.

Lebih dari 10 ribu orang telah tewas dan 3 juta orang mengungsi serta menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pesaing kawasan Iran, Israel dan Arab Saudi, menyambut keputusan Trump untuk membatalkan kesepakatan pada 8 Mei, mengatakan bahwa pakta itu gagal mengekang "perilaku buruk Iran di Suriah, Yaman, dan tempat lain di seluruh dunia".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement