Sabtu 06 Feb 2021 06:03 WIB

Inggris dan Jerman Kembangkan Vaksin untuk Varian Baru Covid

Virus corona SARS-CoV2 termasuk jenis virus RNA yang mudah bermutasi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON - - Pemerintah Inggris mengumumkan rencana bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi Jerman untuk mengembangkan vaksin yang menargetkan varian baru Covid-19. Langkah ini sebagai upaya terbaru memerangi penyebaran yang sangat cepat.

“Meskipun vaksin yang saat ini sedang digunakan di Inggris tampaknya bekerja dengan baik terhadap varian Covid-19 yang saat ini dominan di Inggris, virus terus bermutasi dan kemungkinan vaksin kami harus beradaptasi untuk terus menawarkan perlindungan terbaik," ujar wakil kepala medis Inggris, Jonathan Van-Tam.

Baca Juga

Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Tuebingen, CureVac yang berbasis di Jerman mengatakan, akan memasok 50 juta dosis vaksin kepada Inggris jika disetujui oleh regulator. Perusahan ini pun berencana akan memproduksi dosis di Inggris.

“Kemampuan untuk membuat vaksin baru ini dengan cepat akan memungkinkan para ilmuwan kami untuk terus maju dari virus seperti yang mereka lakukan setiap tahun dengan vaksin influenza," kata Van-Tam.

Pengumuman itu muncul ketika pejabat kesehatan masyarakat di seluruh dunia meningkatkan kekhawatiran tentang varian virus baru yang lebih menular atau resisten terhadap vaksin yang ada. Sementara virus bermutasi secara konstan, sebagian besar perubahan menyebabkan sedikit perhatian.

Awal pekan ini, pembuat obat GlaxoSmithKline mengatakan, pihaknya berencana untuk menginvestasikan 150 juta euro dalam upaya CureVac untuk menargetkan varian baru Covid-19. Pengembangan ini menggunakan teknologi messenger RNA-nya.

“Salah satu tantangan terbesar yang terus kami hadapi dalam memerangi Covid-19 adalah munculnya berbagai varian, yang masing-masing berpotensi menjadi ancaman signifikan bagi kesehatan masyarakat,” kata kepala pejabat komersial CureVac, Dr. Antony Blanc. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement