Senin 31 May 2021 19:30 WIB

Teknisi Jadi Tersangka Kecelakaan Kereta Gantung Italia

Teknisi servis jadi tersangka kecelakaan kereta gantung yang menewaskan 14 orang

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Police line
Foto: Wikipedia
Police line

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Tiga tersangka dalam kecelakaan kereta gantung di Italia yang menewaskan 14 orang diizinkan meninggalkan penjara pada Ahad (30/5). Mereka diizinkan pulang setelah hakim mengindikasikan sebagian besar kesalahan jatuh hanya pada salah satu dari mereka yakni seorang teknisi servis.

Bencana pada tanggal 23 Mei membuat kereta gantung yang melakukan perjalanan dari kota resor Stresa terlepas dan jatuh ke tanah di atas gunung Mottarone di wilayah Piedmont. Satu-satunya yang selamat adalah seorang anak laki-laki berusia lima tahun, Eitan Biran. Orang tua, adik laki-laki, dan kakek buyutnya semuanya tewas dalam kecelakaan itu.

Baca Juga

Pemilik perusahaan kereta gantung Mottarone, Luigi Nerini, dan kepala pemeliharaan Enrico Perocchio ditahan pada Rabu atas insiden tersebut bersama dengan seorang teknisi, Gabriele Tadini, dilansir di Euronews, Senin (31/5).

Hakim investigasi Verbania, Donatella Banci Buonamici, sekarang memutuskan ada kurangnya bukti tentang kesalahan dari dua orang pertama, yang dibebaskan dari penjara Verbania yang sedang diselidiki pada Ahad.

Dia menambahkan bahwa sebagian besar penyebab kecelakaan itu terletak pada Tadini, yang sengaja menonaktifkan rem darurat kereta karena terus mengunci secara spontan. Rem bisa saja menghentikan kereta gantung yang terbang mundur setelah kabel putus.

Di pengadilan, Tadini mengatakan kepada mereka yang hadir bahwa ini semua salahnya. Dia diizinkan untuk pergi dengan tahanan rumah dan sedang menunggu dakwaan.

Wilayah Piedmont melakukan hening penghormatan satu menit pada Ahad siang. Bendera dikibarkan setengah tiang untuk menandai momen satu pekan yang lalu ketika bencana melanda dekat Danau Maggiore. Eitan Biran yang berusia lima tahun terbangun di rumah sakit pada Kamis dan tetap dalam perawatan intensif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement