Rabu 07 Dec 2022 08:33 WIB

Beijing dan 50 Kota Lain China Hapus Syarat Tes PCR

Beberapa tempat hiburan namun masih memberlakukan syarat negatif tes PCR.

 Warga yang memakai masker wajah berbaris di sepanjang pita peringatan untuk pemeriksaan rutin usap tenggorokan COVID-19 mereka di tempat pengujian virus corona di Beijing, Selasa, 6 Desember 2022. China adalah satu-satunya negara besar yang masih berusaha menghentikan penularan sementara Amerika Serikat dan lainnya melonggarkan pembatasan dan mencoba hidup dengan virus yang telah membunuh dan menginfeksi jutaan orang.
Foto: AP/Andy Wong
Warga yang memakai masker wajah berbaris di sepanjang pita peringatan untuk pemeriksaan rutin usap tenggorokan COVID-19 mereka di tempat pengujian virus corona di Beijing, Selasa, 6 Desember 2022. China adalah satu-satunya negara besar yang masih berusaha menghentikan penularan sementara Amerika Serikat dan lainnya melonggarkan pembatasan dan mencoba hidup dengan virus yang telah membunuh dan menginfeksi jutaan orang.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas Kota Beijing dan 50 kota lain di China menghapus persyaratan tes PCR bagi warga setempat setelah gelombang pandemi Covid-19 mereda. Mulai Selasa (6/12/2022), warga Beijing tidak lagi diwajibkan untuk menunjukkan hasil negatif tes PCR sebelum memasuki toserba, perkantoran, tempat parkir, dan fasilitas umum lainnya, demikian pengumuman dari otoritas Beijing.

Warga hanya perlu memindai kode kesehatan melalui ponsel masing-masing sebelum memasuki tempat-tempat tersebut. Namun, beberapa tempat hiburan seperti kafe dan bar masih memberlakukan persyaratan tes negatif PCR yang dilakukan dalam 48 jam.

Baca Juga

Demikian pula dengan restoran, yang masih mewajibkan tes negatif PCR 48 jam dan memindai kode kesehatan bagi pengunjung yang akan makan dan minum di tempat. Sebelumnya, otoritas Beijing juga sudah tidak lagi mensyaratkan tes negatif PCR kepada pengguna kendaraan umum, seperti bus, kereta metro, taksi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Mao Ning mengatakan kebijakan anti-Covid-19 dalam beberapa tahun terakhir adalah upaya untuk memberikan perlindungan maksimal kepada warga, meminimalkan dampak pandemi terhadap pembangunan sosial ekonomi, mengorbankan waktu berharga guna memahami virus berdasarkan sains, dan memperbanyak jangkauan vaksinasi. "Faktanya, pendekatan China terhadap Covid-19 selama beberapa tahun terakhir sudah benar, berbasis sains, dan efektif," ujarnya.

Kebijakan nol kasus Covid-19 dalam beberapa tahun terakhir di China, terutama dengan timbulnya lonjakan kasus baru-baru ini, telah menimbulkan gejolak sosial di berbagai kota di China. Termasuk di Beijing, Shanghai, dan Nanjing.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement