Jumat 28 May 2010 06:21 WIB

Era Situs Berita Berbayar Segera Dimulai

Rupert Murdoch dalam cover Majalah Times
Foto: Times
Rupert Murdoch dalam cover Majalah Times

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Maka, puas-puasin deh, membuka-buka laman Times dan Sunday Times pekan-pekan ini. Pasalnya, sang pemilik, raja media Rupert Murdoch, berniat menjadikan keduanya sebagai situs online berbayar. Kemarin, mereka memperbarui wajah kedua situs ini, yang bakal diramal menjadi awal baru industri persuratkabaran dunia.

Situs baru - thetimes.co.uk dan sundaytimes.co.uk - akan menggantikan layanan Times Online yang ada, yang mencakup konten cetak dari kedua media ini. Proyek selanjutnya, mereka akan menggarap dua tabloid mereka, The Sun dan The News of the World, akan menjadi media online berbayar paling lambat akhir tahun ini.

Menurut News Internasional, yang memiliki media-media itu, homepage situs akan tersedia secara bebas. Tetapi begitu users berniat masuk untuk membuka kanal-kanalnya, maka mereka harus tyerlebih dulu berlangganan online sebesar  1 poundsterling perhari (sekitar Rp 15 ribu) atau 2 poundsterling perminggu untuk bisa mengakses kedua situs ini. "Halaman berbayar ini akan mulai diberlakukan pada Juni," demikian pernyataan resmi mereka.

Tahun lalu Murdoch, pemilik dan CEO perusahaan induk News International News Corp, mengatakan model bisnis saat ini, yang menggratiskan akses berita secara online, tidak menguntungkan untuk jenis bisnis media konvensional, karena menyebabkan penurunan pendapatan surat kabar. Maka ia menegaskan, kinilah saatnya memulai koran online berbayar.

Murdoch mengatakan pengalaman dari News Corp mengelola Wall Street Journal sebelumnya. Menurutnya, sebanyak 360 ribu orang men-download aplikasi WSJ untuk iPhone mereka dalam tiga minggu. Pengguna bersedia untuk membayar semi  mengakses konten WSJ, tambahnya.

Taipan media juga berulang kali mengancam akan menarik berita perusahaannya dari situs Web Google dan semua yang ingin mengaksesnya harus membayar.

Surat kabar beromset besar di Inggris lainnya yang sudah memulai pengoperasian situs berita berbayar adalah Financial Times, yang menetapkan tarif dasar 3,29 poundsterling per minggu untuk berlangganan selama setahun. Yang gratis-gratis masih disediakan juga sih, tapi hanya 10 laman perbulan, dengan syarat mereka harus mendaftar terlebih dulu.

Walaupun, model ini juga tak sepenuhnya memberi keuntungan bagi FT. Dalam curhat colongannya via blog pribadinya, wartawan FT Tim Bradshaw mengatakan sudah ada keraguan tentang keberhasilan rencana media online berbayar ini. "Ketersediaan ragam berita online bebas telah membuat banyak orang mempertanyakan apakah model berbayar ini dapat menarik sejumlah besar pelanggan."

Dan, News Internasional telah bersiap untuk itu. Mereka mengakui, dengan menerapkan model berbayar, mereka bakal kehilangan 90 persen pengaksesnya. "Tapi kami berjanji akan memberikan nilai yang lebih besar per pelanggan," kata seorang juru bicara perusahaan itu pada CNN.

Justin Pearce, pengelola majalah online terkemuka, New Media Age, memuji langkah Murdock. "Ini keputusan yang berani," katanya kepada CNN. "Traffic mereka mungkin akan turun lima persen. Tapi jangan salah, lima persen pembacanya yang lain membayar untuk apa yang mereka baca," ujarnya.

Dan, mereka adalah users yang memang harus "diikat". "Argumen lain adalah bahwa jika orang membayar untuk menggunakan situs Anda, maka mereka akan lebih setia dan terlibat.  Oleh karena itu, mereka akan lebih berharga bagi pengiklan. Memungkinkan harga iklan untuk "dimainkan"."

sumber : CNN
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement