REPUBLIKA.CO.ID,JERUSALEM--Israel menolak memenuhi seruan PBB untuk menjelaskan program nuklir yang dirahasiakannya. Bahkan negara Zionis itu menilai seruan PBB itu cacat dan munafik karena tidak memerhatikan potensi ancaman besar dari Iran.
Israel menyatakan sikapnya tidak akan mengikuti konferensi guna mewujudkan kawasan Timur Tengah menjadi wilayah bebas nuklir. Konferensi itu digagas sejumlah negara Arab yang mendapat dukungan AS dan 188 negara lain yang terlibat dalam kesepakatan pembatasan penyebaran senjata nuklir (NPT).
Meski penyelenggaraan konferensi itu masih belum jelas menyusul sejumlah masalah yang dihadapi AS, namun resolusi dan tekanan negara adi daya itu terhadap Israel, telah membuat negara zionis tersebut untuk menjelaskan secara gamblang kepemilikan senjata nuklir yang selama ini dirahasiakannya kepada publik internasional. Sejauh ini Israel tidak mau berkomentar mengakui ataupun menolak secara tegas perihal kepemilikan senjata pemusnah masal tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin netanyahu, akan membahas masalah resolusi itu dengan Presiden AS, Barack Obama dalam pertemuan kedua kepala pemerintahan, Selasa (1/6). Juru bicara pemerintah Israel menolak berkomentar soal pembicaraan yang telah dilakukan antara keduanya. Namun, radio militer Israel yang megikuti perjalanan Netanyahu ke Kanada dan AS menyebutkan Israel gagal melobi AS untuk menggagalkan resolusi tersebut.
Sejauh ini Israel tidak pernah menandatangani perjanjian pembatasan penyebaran senjata nuklir yang mensyaratkan anggotanya untuk mengumumkan fasilitas nuklir yang dimilikinya, termasuk diperiksa, diawasi, dan dibatasi aktivitas penggunaan senjata nuklirnya. Karena tidak menandatangani perjanjian itu, Israel tidak terlibat dalam resolusi tersebut.
''Resolusi itu cacat dan munafik karena tidak melihat realita yang terjadi di Timur Tengah dan ancaman nyata terjadi di wilayah itu dan seluruh dunia,'' kilah pemerintah Israel.