REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Presiden Jerman, Horst Koehler, mengundurkan diri pada hari Senin waktu setempat setelah dikritik atas penempatan militernya di luar negeri. Pengunduran diri yang tiba-tiba ini mengejutkan publik Jerman dan disebut-sebut makin membuat pening kepala Kanselir Jerman, Angela Merkel.
Pengunduran diri, efektif dengan segera, terjadi pada masa jabatan kedua Koehler sebagai kepala negara seremonial. Kubu aliansi tengah-kanan yang dipimpin Merkel menempatkan mantan bos Dana Moneter Internasional ini sebagai presiden pada tahun 2004. Pengunduran dirinya ini dipandang sebagai pukulan simbolik terhadap Merkel.
Ketua majelis tinggi parlemen yang juga Walikota Bremen,J ens Boehrnsen -- seorang anggota oposisi Sosial Demokrat -- sementara mengambil alih tugas presiden, sebagian besar menandatangani rencana undang-undang menjadi undang-undang.
Seorang presiden baru harus dipilih dalam waktu 30 hari. Politisi Jerman sekarang harus mencari tahu dengan cepat siapa yang harus menggantikan BKoehler, ketika mereka sibuk dengan mencoba membuat pemotongan anggaran di tengah krisis utang pemerintah Eropa.
"Saya terkejut dengan panggilan telepon dan saya mencoba berbicara padanya, tapi sayangnya saya tidak berhasil," Merkel mengomentari pengunduran diri itu. "Saya pikir orang di Jerman akan sangat sedih tentang pengunduran diri ini."
Dia mengatakan bahwa dengan pengalaman internasional yang luas, ia adalah seorang konselor penting, terutama dalam krisis keuangan ekonomi. "Dan tentu saja saya akan kehilangan yang saran di masa depan."
Pengunduran diri datang setelah kritik yang bertubi-tubi atas pemerintahan Merkel periode kedua, setelah kekalahan pemilu di negara bagian yang memalukan pada Mei, krisis utang euro lengkap dengan dua paket penyelamatan tidak populer, dan pengunduran diri seorang gubernur negara bagian konservatif yang terkemuka.
Frankfurt indeks saham DAX tidak terpengaruh pengunduran diri ini. Salah satu pendahulu Koehler, Heinrich Luebke, turun 10 minggu sebelum masa jabatannya berakhir pada tahun 1969.