REPUBLIKA.CO.ID, INGGRIS--Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron, pada Selasa (15/6) meminta maaf atas peristiwa pembunuhan tahun 1972. Peristiwa yang menewaskan 13 demonstran di Irlandia Utara tersebut dilakukan pasukan Inggris dan disebut-sebut dengan istilah ‘Ahad Berdarah’.
Namun, setelah lama ditunggu sebuah laporan kala itu menyatakan bahwa serangan tersebut tidak menggunakan senjata. Kini, Cameron kepada parlemen mengungkapkan temuan yang secara tegas menunjukkan bahwa tidak dibenarkan menembak warga sipil selama mereka berbaris di kota Londonderry.
"Apa yang terjadi seharusnya tidak pernah terjadi. Beberapa anggota angkatan bersenjata kami bertindak salah," ujar Cameron. "Untuk itu, atas nama pemerintah, dan negara kami, saya sangat menyesal.''
Saat Cameron hendak mengungkapkan pernyataannya itu, banyak orang berkumpul di alun-alun Balai Londonderry, yang menjadi tempat tujuan sejak Maret 1972. Mereka siap menyaksikan pernyataan tersebut melalui layar besar. Saat Cameron mengungkapkan rasa maafnya, serentak sorakan tepuk tangan menggema dari mereka.
Peristiwa 'Ahad Berdarah' itu mengubah peta politik Irlandia Utara tentang kekerasan akibat adanya sektarianisme yang meletus akhir tahun 1960. Peristiwa yang kemudian dikenal dengan sebutan 'Masalah' itu adalah perpecahan nasionalisme, yakni sebagian besar umat Katolik, ingin melepaskan diri dan menjadi bagian dari Republik Irlandia, dan sebagian besar umat Protestan ingin tetap menjadi bagian dari Britania Raya.