REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO--Wanita pertama Jepang -- ia menolah disebut First Lady -- Nobuko Kan "keluar pakem" dari tradisi wanita Jepang yang tunduk patuh dan pantang mengkritik suaminya. Kepada wartawan, ia dengan luga menyatakan tantangan ekonomi Jepang dan langkah pembenahannya. Dan, ups, dia menyentil kemampuan suaminya, Naoto Kan, dalam menata ekonomi negara yang semula dijuluki salah satu macan Asia ini.
"Ketika dia menteri strategi nasional, saya pikir dia adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu," ujar perempuan berusia 64 tahun ini. Ia berbicara di depan sekitar 100 pemilih yang berkumpul pekan ini di sebuah balai kota di barat Tokyo yang merupakan konstituensi Kan.
"Tapi kemudian ia menjadi menteri keuangan pada bulan Januari. Aku tidak mungkin mengatakan ini, tapi aku bertanya-tanya apakah dia bisa mengerti ekonomi karena ia tidak begitu baik kebijakan makroekonominya. "
Bahkan, ia memendam keraguannya hingga saat ini. "Sekarang dia menjadi perdana menteri, dan orang-orang mengucapkan selamat. Seharusnya aku merasa bahagia. Tapi aku merasa aku harus mendapatkan belasungkawa atau kata-kata penghiburan untuk sebuah jalan yang sulit," tambahnya dengan nada bergurau.
Dukungan pada Kan memang menurun belakangan ini. Mantan aktivis ini dianggap telah gagal untuk menjelaskan rencana reformasi fiskal atau membujuk pemilih mendukung kebijakan ekonominya.