Ahad 18 Jul 2010 23:18 WIB

Aktivis HAM Protes "Pencurian Rahim" atas Kaum Wanita Uzbekistan

Ilustrasi
Foto: .
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, GULISTAN--Saodat Rakhimbayeva hanya bisa meratap. Ia merasa dirinya telah mati berbarengan dengan lahirnya anak pertamanya.

Cerita bermula ketika ibu 24 tahun itu melahirkan Ibrohim, Maret lalu, yang hanya hidup selama tiga hari. Karena alasan tertentu, begitu alasan dokter, ia melahirkan dengan cara operasi.

Belakangan ia sadar, selain mengeluarkan bayi, dokter juga melakukan operasi histerektomi atas saluran reproduksinya, yang membuat dia tak bisa hamil selamanya.

"Dokter tidak pernah meminta persetujuan saya, tahu-tahu operasi dilakukan. Saya dimutilasi seakan saya adalah binatang bisu," ujarnya, dengan air mata berurai. Maka, hari-hari Saodat selanjutnya adalah meratap dan menyesali diri.

Menurut kelompok hak asasi, korban dan pejabat kesehatan, ia adalah salah satu dari ratusan wanita Uzbek yang telah mengalami pembedahan untuk disterilkan tanpa sepengetahuan atau persetujuan. Program inidirancang untuk mencegah kelebihan populasi dan membatasi jumlah etnis tertentu.

Pembela hak asasi manusia dan dokter mengatakan Presiden Islam Karimov tahun ini menggenjot kampanye sterilisasi yang dimulainya sejak akhir 1990-an. Dalam keputusan yang dikeluarkan pada bulan Februari, Departemen Kesehatan memerintahkan seluruh fasilitas medis untuk "memperkuat kontrol atas pemeriksaan kesehatan wanita usia subur". Surat keputusan itu juga mengatakan bahwa 'kontrasepsi bedah harus disediakan secara gratis untuk perempuan yang sukarela melakukan prosedur'.

Hal ini tidak secara khusus memberi mandat sterilisasi, tapi kritikus menyatakan bahwa dokter telah mendapat tekanan langsung dari pemerintah untuk melakukan hal itu. "Perintah berasal dari puncak," kata Khaitboy Yakubov, kepala kelompok hak asasi manusia Najot di Uzbekistan.

negara di  Asia Tengah berpenduduk 27 juta jiwa ini kepadatan penduduknya merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Kelompok hak asasi mengatakan pemerintah harus berhadapan dengan kemiskinan, pengangguran, dan masalah-masalah ekonomi dan lingkungan yang parah telah memicu eksodus buruh migran Uzbekistan ke Rusia dan negara-negara lain.

sumber : AP

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement