Jumat 30 Jul 2010 03:50 WIB

Pendiri Wikileaks Bela Penyiaran Naskah Rahasia

Julian Assange-Wikileaks
Foto: flickr.com
Julian Assange-Wikileaks

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Pendiri WikiLeaks pada Kamis membela keputusan laman peniup peluit itu melansir puluhan ribu naskah rahasia tentara Amerika Serikat di tengah kekuatiran langkah itu menempatkan pembisik Afghanistan dalam bahaya. Laman itu semula mendaku naskah disiarkan untuk memastikan nama pembisik tidak dilansir, namun laporan rinci membuat orang Afghanistan pembisik sandi bagi Amerika Serikat dapat ditebak dengan mudah.

Pentagon memperingatkan pengungkapan itu menempatkan jiwa pembisik tersebut dalam bahaya dan mengancam merusak pekerjaan sandi di negara terkoyak perang itu. Tapi, pendiri WikiLeaks, Julian Assange, dalam wawancara dengan surat kabar Inggris "Times" menyatakan sangat penting bahwa naskah itu dalam wilayah umum.

Ia juga mempertaruhkan kemarahan Amerika Serikat, yang terbuka menuduh Gedung Putih gagal menanggapi permintaan tolongnya sebelum penyiaran naskah itu untuk menekan bahaya pembisik, yang dikenali. "Tak ada yang dirugikan, tapi bila ada yang datang untuk menyakiti, tentu saja harus sangat disesalkan. Tujuan kami adalah keadilan bagi yang tak berdosa, bukan untuk menyakiti mereka," kata Assange.

"Jika kita dipaksa ke dalam sikap menerbitkan semua naskah itu atau tidak sama sekali, kami akan menerbitkan semua, karena itu sangat penting untuk sejarah perang," katanya. Setiap naskah dengan jelas membahayakan orang tak bersalah dapat ditambahkan ke bank 15.000 naskah itu, yang ditahan dari penyiaran, kata Assange. "Jika melakukan kesalahan, kami akan meninjau aturan dan menanggapi," katanya.

Lebih dari 90.000 naskah rahasia tentara itu terentang waktu 2004-2009 saat gerakan Amerika Serikat dan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan berpacu dengan peningkatan perlawanan Taliban. Semua itu mengandung rangkaian pernyataan merusak, termasuk tuduhan bahwa mata-mata Pakistan bertemu langsung dengan Taliban dan bahwa kematian rakyat tak berdosa di tangan pasukan asing ditutupi.

Assange pada Kamis juga mengecam Amerika Serikat, dengan menyatakan meminta Gedung Putih pada pekan lalu membantu memperkecil kemungkinan pembisik tak bersalah disebut, tapi tak ditanggapi.

"Kami memahami kepentingan melindungi sumber rahasia kami. Amerika Serikat tampak memberi setiap prajurit dan pembangun Perserikatan Bangsa-Bangsa jalur ke nama banyak sumber rahasia tanpa perlindungan memadai," katanya.

Pendiri laman itu pada awal pekan ini menyatakan naskah tersebut diperiksa dalam hal nama pembisik dan banyak di antaranya ditahan dari penyiaran. Tapi, "The Times" pada Rabu melaporkan bahwa hanya dengan dua jam menyisir semua naskah itu dapat ditemukan nama puluhan orang Afghanistan, yang dikatakan memberi sandi rinci kepada pasukan Amerika Serikat.

Juru bicara Pentagon menyatakan pengungkapan naskah itu dapat membahayakan jiwa siapa pun, yang dikenali. "Siapa pun, yang namanya muncul dalam naskah itu, menghadapi bahaya," kata Kolonel David Lapan. "Itu bisa membahayakan kedudukan mereka, bisa menjadi ancaman pada kehidupan mereka dan bisa berdampak pada perilaku masa depan mereka," katanya, merujuk pada ketakutan bahwa kebocoran besar tersebut dapat mengeringkan sumber sandi.

NATO dan Amerika Serikat menempatkan hampir 150.000 tentara di negeri terkoyak perang itu, dengan 30.000 dikerahkan ke jantung Taliban di selatan -propinsi Helmand dan Kandahar- sejak awal tahun ini.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement