REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Satelit mata-mata Amerika Serikat (AS) telah mencatat adanya peningkatan aktivitas di Yongbyon, salah satu fasilitas senjata nuklir Korut. Diperkirakan hal itu sebagai persiapan sebelum dilakukannya uji coba senjata nuklir ketiga negara komunis tersebut.
Laporan itu disampaikan setelah satelit AS merekam adanya peningkatan kegiatan di Yongbyon tersebut, Rabu waktu setempat (20/10). Hal itu sebagai indikator Pyongyang tetap melanjutkan program nuklirnya meski mendapat tekanan kuat internasional. April silam pihak washington sempat menampik laporan serupa yang menyebutkan Pyongyang siap melakukan uji coba ketiga.
Beberapa waktu lalu Korut menyatakan keinginannya untuk kembali melanjutkan perundingan nuklirnya dengan enam negara yang dimotori AS. Bagi kalangan analis kesediaan itu merupakan pertanda Pyongyang telah mengalami pukulan telak setelah diberlakukannya sanksi ekonomi PBB menyusul uji coba kedua nuklir mereka. Dalam uji coba sebelumnya, Pyongyang berupaya meningkatkan wibawa Kim Jong Il di mata internasional dengan memperlihatkan kemampuan militernya.
Pihak Korsel yang terus memperoleh pasokan informasi dari satelit soal perkembangan proyek nuklir di negara tetangganya itu. Namun Seoul tampaknya tak ingin tergesa dalam memberikan pernyataan sikapnya.
Harian Chosun Ilbo yang mengutip sebuah sumber menyebutkan 'pergerakan begitu cepat' dari kendaraan dan orang telah berhasil dideteksi dengan menggunakan satelit pengintai di wilayah Punggye-ri yang menjadi lokasi uji coba nuklir Korut tahun 2006 dan 2009.
kalangan pengamat menyebutkan, pada uji coba ketiga ini akan meningkatkan kemampuan Pyongyang dalam membuat senjata nuklir. Namun, negara itu juga akan mengalami kekurangan pasokan material fissile, atau material yang memungkinkan sebuah reaktor nuklir melakukan pembelahan nuklir yang merupakan bagian dari reaksi nuklir.
Sumber itu juga menyebutkan sebuah terowongan yang rusak setelah terkena uji coba ledakan nuklir telah diperbaiki. Namun, tampaknya tidak mungkin Korut melakukan uji coba ketiga dalam waktu dekat karena untuk uji coba membutuhkan persiapan sekitar tiga bulan.
Wakil Menteri Luar Negeri Korut, Pak Kil-yon kepada majelis umum PBB bulan lalu menyebutkan Pyongyang akan meningkatkan 'daya tangkal nuklir' sebagai upaya menghadapi ancaman AS. Namun, negara komunis itu berjanji tidak akan menggunakan senjata nuklir untuk menyerang atau mengancam negara manapun.