REPUBLIKA.CO.ID,DUBLIN--Irlandia yang terjebak dalam krisis utang akhirnya mengajukan pinjaman dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF). Pemerintah Irlandia terpaksa mengambil langkah tersebut untuk mencegah semakin banyaknya modal yang terbang meningggalkan negara itu.
Menteri keuangan Uni Eropa, yang sedari pekan lalu telah mendesak agar Irlandia mengambil opsi pinjaman langsung menyetujui permintaan tersebut. Dengan alasan, bail out dibutuhkan untuk stabilitas finansial di Eropa, terutama menjaga nilai mata uang euro.
Pekan ini akan digunakan oleh pemerintah Irlandia, Uni Eropa, dan IMF untuk menegosiasikan mengenai kondisi pinjaman dan jumlah yang dibutuhkan. Krisis utang di Iralndia dipicu dari bank-banknya yang kering likuiditas, mendorong tingginya biaya pinjaman. Tak hanya agi Irlandia, namun juga wilayah "lemah" lain di eurozone yakni Spanyol dan Portugal.
Setujunya Irlandia meminta pinjaman untuk menyelamatkan sektor keuangannya mengurangi tekanan yang dirasakan negara-negara tersebut. Bank Sentral Eropa, yang mengawasi kebijakan moneter untuk 16-negara zona euro, menyatakan bantuan itu akan berguna untuk memastikan stabilitas sistem perbankan Irlandia.
Swedia dan Inggris, yang tidak menggunakan mata uang euro, mengatakan mereka juga bersedia memberikan pinjaman bilateral untuk Irlandia. Menteri Keuangan Irlandia, Brian Lenihan, sepanjang pekan lalu telah membciarakan kemungkinan untuk mendapatkan pinjaman. Meskipun saat itu posisi Irlandia tidak setuju jika negara mesti meminjam pada IMF dan Uni Eropa.
Lenihan mengungkapkan dibutuhkan kurang dari 100 miliar euro (140 miliar dolar) untuk digunakan sebagai batas kredit bagi bank yang dijamin negara. Pasalnya perbankan Irlandia gagal menggunakan mekanisme kredit yang normal untuk mendapatkan likuiditas. Ia menyebut fasilitas pinjaman itu bisa bertenor antara tiga sampai sembilan tahun.