Jumat 31 Dec 2010 23:15 WIB

Kolera Haiti Memburuk, Korban Tembus 3.000

Pasien kolera haiti menunggu pengobatan di rumah sakit darurat, Doctors Without Borders, di Sarthe, Haiti
Foto: AFP
Pasien kolera haiti menunggu pengobatan di rumah sakit darurat, Doctors Without Borders, di Sarthe, Haiti

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE--Jumlah kematian akibat kolera di Haiti meningkat menjadi 2.901 korban dengan perkiraan resmi pada Kamis menunjukkan angka kematian harian tertinggi sejak wabah terjadi pada pertengahan Oktober. Jumlah kematian kolera yang dikonfirmasi pada Desember 19, rekor korban terbanyak kedua dalam sehari, terhitung kurang dari 100 orang, menurut data yang ditunjukkan oleh Kementerian Kesehatan Haiti, jauh lebih tinggi dibanding puncak lain yang terhitung 80 orang pada pertengahan November.

Total angka terjangkit melonjak mendekati 150.000 di Haiti dan pihak berwenang Republik Dominika, negara tetangga di sebelah barat Haiti, melaporkan pada Kamis terjadi 120 kasus, tetapi tidak ada korban meninggal. Wabah pertama kolera Haiti terjadi lebih dari seabad lalu yang semakin menyiksa negara miskin dan disfungsi secara politis, sekarang berusaha bangkit dari gempa bumi besar pada Januari yang menewaskan 250.000 orang.

Wabah tersebut menyebabkan kerusuhan anti-PBB bulan lalu akibat warga marah terhadap pasukan perdamaian dari Nepal yang dituduh membawa penyakit tersebut. Sejumlah pakar mengatakan wabah tersebut ditimbulkan oleh sumber manusia dari luar wilayah dan PBB telah berjanji melakukan penyelidikan menyeluruh akan penyebab epidemik itu.

Massa geram di negara yang sangat percaya dengan tahyul itu. Mereka telah melempari batu atau membacok sekurangnya 45 orang -- sebagian besar dukun voodoo -- yang menuduh mereka menyebarkan penyakit bakteri yang menginfeksi melalui air itu. Epidemi itu muncul bertepatan saat suasana politik yang tidak menentu.

Pemilu pertama yang gagal pada 28 November untuk menentukan penerus jabatan Presiden Rene Preval menjadi alasan untuk melakukan pemilihan ulang yang akan dimonitor oleh pengawas internasional.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement