Senin 24 Jan 2011 21:42 WIB

HRW: Arab Saudi Tekan Hak Azasi Jutaan Orang

REPUBLIKA.CO.ID,BRUSSELS--Arab Saudi menekan atau gagal melindungi hak-hak jutaan perempuan, pekerja asing dan kelompok Syiah, serta reformasi sejauh ini sebagian besar hanya secara simbolis, menurut organisasi HAM Human Rights Watch (HRW), Senin. "Pihak berwenang secara sistematis terus menekan atau gagal untuk melindungi hak-hak sembilan juta perempuan dan anak perempuan Arab Saudi, delapan juta pekerja asing, dan sekitar dua juta warga Syiah," kata HRW dalam laporan tahunan untuk tahun 2010.

Dan "setiap tahun, ribuan orang menerima persidangan yang tidak adil atau dikenakan penahanan sewenang-wenang," menurut laporan yang dirilis di Brussels itu. Laporan itu mencantumkan pembatasan kebebasan individu yang mempengaruhi warga, khususnya perempuan, yang haknya untuk bekerja, menikah, belajar atau melakukan perjalanan terletak di tangan wali laki-laki.

Kelompok ini mengkritik kegagalan kerajaan untuk memenuhi janjinya pada 2009 kepada Dewan HAM PBB untuk mengakhiri sistem perwalian laki-laki, dan mengatakan bahwa perlindungan hak asasi manusia tetap rendah di Arab Saudi. "Reformasi hingga saat ini sebagian besar hanya merupakan langkah-langkah simbolis untuk meningkatkan visibilitas perempuan dan secara marginal memperluas kebebasan berekspresi," menurut kelompok yang bermarkas di New York itu.

Kelompok itu mengutip satu kasus pengadilan yang menolak menghapus ayah sebagai wali dari seorang dokter berusia 40 setelah ayahnya menolak untuk membiarkan dia menikah dan telah menyita penghasilannya. Dokter itu sekarang tinggal di tempat penampungan perempuan.

Wanita lain, Sawsan Salim, dijatuhi hukuman 300 cambukan dan 18 bulan penjara karena muncul di pengadilan tanpa wali laki-laki, tambahnya. "Pemerintah belum menetapkan hukum usia minimum untuk menikah, tetapi pada Juni mengeluarkan kontrak pernikahan baru untuk mencatat usia pengantin wanita,"kata laporan itu.

Laporan itu juga menambahkan bahwa satu surat kabar melaporkan seorang ayah yang bercerai menikahkan putrinya yang berusia 12 untuk 80.000 riyal (21.300 dolar) karena mantan istrinya telah memperoleh tahanan. "Kedutaan negara-negara Asia melaporkan ribuan pengaduan setiap tahunnya dari pekerja domestik yang dipaksa bekerja 15-20 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan tidak digaji," kata laporan itu.

"Pekerja rumah tangga sering dipaksa bertahan di kurungan, tidak diberi makan dan mengalami pelecehan psikologis, fisik, dan seksual parah," kata HRW, menambahkan bahwa 8,3 juta pekerja migran secara sah tinggal di Arab Saudi.

Kelompok Syi'ah di kerajaan itu juga merupakan target diskriminasi, katanya. "Diskriminasi resmi terhadap Syiah meliputi praktik keagamaan, pendidikan, dan sistem peradilan. Pejabat pemerintah mengecualikan Syiah dari pekerjaan publik dan kebijakan tertentu serta secara terbuka merendahkan iman mereka."

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement