REPUBLIKA.CO.ID, CYBERJAYA-- Mantan perdana menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohammad menjelaskan pandangannya mengenai ketiadaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di negaranya. "Anda tahu pandangan saya tentang itu. Kami tidak terlalu mengenal reaksi bahan tersebut," kata Mahathir, Rabu.
Mahathir mengatakan kebocoran radiasi dari PLTN Jepang, yang dilanda tsunami setelah gempa bumi berkekuatan hampir mencapai 9,0 pada skala Richter, sepertinya mendukung kecemasannya. "Ketika diaktifkan, itu akan menjadi radioaktif. Masyarakat tidak mengerti bagaimana membuang sampah radioaktif tersebut," kata Mahathir.
Ia mengatakan bahwa sewaktu ia menjabat perdana menteri, pemerintah memutuskan empat strategi bahan bakar, seperti, minyak bumi, gas alam, batu bara, tenaga air, dan "nuklir tidak disertakan". "Kami memiliki pengalaman buruk dengan nuklir. Saya tidak tahu apakah masyarakat menyadarinya atau tidak," kata Mahathir.
Ketika ditanya apakah ia akan menyarankan Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak tidak membangun PLTN, Mahathir mengatakan bahwa ia "bukan penasehat, sehingga ia menggunakan 'blog' miliknya". Malaysia merencanakan membangun dua PLTN, yang masing-masing akan menghasilkan 1.000 megawatt, dengan pembangkit pertama siap beroperasi pada 2021 dan pembangkit kedua pada 2022. Itu merupakan bagian dari keseluruhan rencana jangka panjang untuk memasok kebutuhan listrik di Malaysia.