Selasa 10 May 2016 07:45 WIB

Menentukan Topik Penelitian: Dilema Kecepatan Tamat dan Kualitas Penelitian

Red:
abc news
Foto: abc news
abc news

ABC Australia Plus Indonesia secara berkala menurunkan informasi mengenai berbagai kiat yang bisa membantu mahasiswa dalam menyelesaikan pendidkan mereka. di dalam maupun di luar negeri. Dalam tulisan ini Heru Handika, mahasiswa S2 Universitas Melbourne, membagi pengalaman bagaimana menentukan topik penelitian ketika kuliah.

Ketika saya memilih penelitian tikus, di kampus saya tak ada satu pun orang yang mengerti bidang ini.

Teman diskusi dan textbook sama susahnya. Namun, ini menjadi jalan pintas bagi saya untuk berkeliling Indonesia dengan gratis, menjelajah Filipina, hingga sekarang bisa kuliah di University of Melbourne.

Padahal saya hanya mahasiswa dengan IPK ala kadarnya, tanpa prestasi akademik.

Anda dan saya mungkin sama. Ketika awal kuliah S1, saya bingung mau penelitian apa. Sebagian mahasiswa malah sudah tahun empat, tapi masih bingung menentukan topik penelitian. Lalu, bagaimana?  

Dalam penelitan di Gunung Ijen, Jawa Timur, Heru Handika (berdiri kaos oranye) bersama peneliti dari Kansas University, Louisiana State Univeristy (U.S), dan LIPI (Indonesia). (Foto: Istimewa)

Dalam penelitan di Gunung Ijen, Jawa Timur, Heru Handika (berdiri kaos oranye) bersama peneliti dari Kansas University, Louisiana State Univeristy (U.S), dan LIPI (Indonesia). (Foto: Istimewa)

 

1. Bacalah, bukan Tanyalah

Jangan tanya dosen Anda. Jangan tanya senior Anda. Yang tahu anda adalah anda. Minat anda, anda yang tahu. Banyaklah membaca dan terus mencari.

Mungkin anda bergumam, "Saya tidak tahu apa-apa, malu bertanya sesat dijalan". Ini tak melulu benar. Terkadang semakin banyak bertanya, anda semakin tersesat. 

Ide penelitian selalu dimulai dengan studi literatur. Kenyataan ini menyiksa bagi sebagian orang. Tapi, begitulah. Tak ada jalan pintas. Tinggal pilih, sekedar tamat atau tamat dengan rasa puas.

Kita sama-sama punya 24 jam sehari. Seminggu 168 jam. Jika anda mahasiswa super sibuk, usahakan alokasikan minimal 2 jam seminggu (1 persen saja) untuk membaca jurnal maupun buku. Mulai dari bidang yang anda minati. Jika anda merasa pekerja keras, baca 5-10 jurnal sehari. 

"Kampus saya tidak langganan jurnal". Tak perlu menjerit. Banyak cara mendapatkan jurnal. Lebih lengkap saya bahas di tikus.net.

“Saya tidak mengerti membaca jurnal”. Jeritan berikutnya. Terus paksakan untuk membaca. Catat kata-kata sulit yang ditemukan dan pelajari. Suatu saat akan mengerti. Ketika anda mengerti, ia akan perlahan menjadi habit. Waktu dua jam seminggu akan terasa kurang.

2. Diskusi, Bukan Bertanya

Saya percaya dengan ungkapan ini, "Jika anda mencari sebelum bertanya, anda akan menemukan jawaban atau anda akan bertanya dengan pertanyaan yang lebih baik".

Dengan membaca, setidaknya anda bisa melihat peluang-peluang untuk penelitian anda. Lalu, anda bisa berdiskusi dengan orang-orang terdekat.

Tidak hanya bertanya dan berdiskusi kesana-kemari. Jika ada kesempatan, usahakan menjadi volunteer membantu penelitian senior atau dosen. Ini akan memberikan kita gambaran nyata tentang penelitian. Namun, tentunya tidak harus ikut-ikutan penelitian yang sama. 

Jika ingin mendapatkan pengalaman lebih, ikut penelitian bersama orang yang belum anda kenal. Terlebih lagi bersama peneliti asing. Sendiri tanpa ikut-ikutan teman. Pada tahap awal anda mungkin akan merasakan keterasingan karena tidak ada teman.

Namun, keterasingan akan mengajarkan kita tentang perjuangan sebenarnya, membantu fokus memahami penelitian, dan tanpa sadar juga akan membangun jiwa kepemimpinan. Semuanya penting demi kesuksesan penelitian.

Waktu kuliah yang hanya dihabiskan untuk praktikum, takkan menjamin anda bisa meneliti. Tidak sama sekali. Sering yang didapat hanya tugas laporan bertumpuk-tumpuk.

Heru Handika (kiri) dalam perjalanan kembali ke Manila saat penelitian di Pulau Samar, Filipina.(Foto: Istimewa)

Heru Handika (kiri) dalam perjalanan kembali ke Manila saat penelitian di Pulau Samar, Filipina.(Foto: Istimewa)

3. Ketika Rumput Tetangga Lebih Hijau

Penelitian terbaik adalah penelitian yang terus dilaksanakan dengan konsisten. Jika susah menentukan topik penelitian anda, pilih satu topik yang terasa menarik bagi anda dan fokus dengan itu. Semua penelitian sama.

Hanya mereka yang terus melaksanakan yang bisa mendapat manfaat darinya. Topik sebagus apa pun, jika tak didalami, tak akan banyak mendapat manfaat.

Jika anda memperhatikan lingkungan sekitar, anda tentu menyadari di negara kita sulit menemukan orang yang serius dengan penelitiannya. Buktinya angka riset kita rendah.

Kita kalah jauh dibandingkan negara-negara tentangga: Malaysia, Thailand, dan Singapura. Selain kendala bahasa, kebanyakan kita juga tidak serius dalam melaksanakan penelitan. 


Kebanyakan mahasiswa melaksanakan penelitian untuk sekedar mengejar tamat. Kenyataan ini memang menyakitkan. Jangan jadi seperti mereka.

Jadilah ikan di lautan, walaupun lingkungannya asin, dagingnya tetap manis. Dengan sedikitnya orang yang serius melaksanakan penelitian di negara kita, itu artinya peluang bagi kita.

Once again, don't think much; choose one, and stick to it. (Sekali lagi, jangan terlalu banyak berpikir, pilih satu topik dan buat sampai selesai)

Lalu keluar dari zona nyaman Anda. Jangan bergantung dengan senior atau dosen. Bangun jaringan ilmiah. Cari peneliti yang bidangnya sama dengan topik pilihan Anda. Mulai beranikan diri untuk mengirim e-mail dan membangun komunikasi dengan mereka.

Jangan bergantung dengan ahli di dalam negeri. Cari di luar. Selain dapat jaringan mancanegara, Anda juga dapat meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris.

Tak bisa Bahasa Inggris? Pakai Google Translate. Suatu saat anda akan bisa Bahasa Inggris.

Semakin cepat Anda menentukan topik penelitian, semakin banyak waktu yang anda punya untuk membangun jaringan ilmiah.

Jaringan ilmiah adalah kunci dari cerita pembuka saya. Saya menentukan topik penelitian di tahun dua.

Dalam prosesnya, tak perlu pusing rumput tetangga berwarna pelangi. Tetap fokus dengan topik yang anda pilih.

Pasang target jangka pendek dan jangka panjang. Kejar target anda. Kalau pun tidak tercapai, setidaknya ada progres. Kalau tercapai, silahkan rasakan sendiri kenikmatannya. Yang penting tetap rendah hati dan terus berjuang.

 

* Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan sebelumnya pernah dimuat di blog pribadi Tikus.net. Heru Handika adalah penerima beasiswa LPDP tahun 2014. Saat ini aktif sebagai mahasiswa Master of Science (Zoology) di University of Melbourne, Australia, juga aktif melakukan penelitian di Museum Victoria,  Australia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement