Senin 04 Feb 2019 23:35 WIB

Al Shabaab Tembak Mati Pimpinan Perusahaan Dubai

Aksi teror dilakukan Al Shabaab karena mereka menganggap pemerintah tak bersyariat.

Gerilyawan Ash-Shabaab, yang menguasai Somalia.
Foto: Reuters
Gerilyawan Ash-Shabaab, yang menguasai Somalia.

REPUBLIKA.CO.ID, SOMALIA— Sejumlah pria bersenjata yang menyamar sebagai nelayan membunuh Kepala Eksekutif P&O Ports milik pemerintah Dubai, Paul Anthony Formosa, di wilayah semiotonom Somalia, Puntland, Senin (4/2), dalam serangan yang diakui kelompok Al Shabaab.

Gubernur Bari di Puntland, Yusuf Mohamed, mengatakan kepada Reuters, dua orang bersenjata yang menyamar sebagai nelayan menembak Paul Anthony Formosa saat hendak menuju pelabuhan Bossaso pagi ini.

Mohamed mengatakan, Paul tewas di pasar ikan saat hendak menuju pelabuhan Bossaso pagi ini. Para pelaku yang bersenjatakan pistol melepaskan tembakan ke arah kepala.

Salah seorang penyerang ditembak mati pasukan keamanan di lokasi kejadian dan penyerang lainnya ditahan. Akun LinkedIn menunjukkan Formosa sebagai warga negara Malta.

P&O Ports mengatakan seorang pekerja tewas dan tiga lainnya mengalami cedera dalam satu insiden di Pelabuhan Bossaso, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Satu pernyataan yang dipublikasi kantor media pemerintah Dubai di akun Twitter menyebutkan perusahaan dengan pihak berwenang Puntland sedang melakukan penyelidikan.

Al Shabaab mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dan menuduh keberadaan Formosa di Somalia ilegal. 

Shabaab sedang berupaya menyingkirkan pemerintah Somalia yang didukung negara-negara Barat serta membentuk pemerintahan mereka sendiri berdasarkan pemahaman hukum syariah yang ketat.

"Kami dibalik operasi tersebut. Kami sudah memberi dia peringatan tapi dia malah menutup telinga. Keberadaannya di Somalia ilegal," kata juru bicara operasi militer Al Shabaab, Abdiasis Abu Musab.

P&O Ports mengelola pelabuhan Bossaso Puntland sejak mengantongi izin selama 30 tahun pada 2017 untuk memperluas dan mengelola fasilitas tersebut. 

 

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement