Rabu 08 Aug 2018 16:05 WIB

Netanyahu dan Trump Berkongsi Hadapi Iran

AS menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran dengan menyasar sektor perbankan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: KEVIN LAMARQUE/REUTERS
Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat keduanya menghadiri sidang Majelis Umum PBB di New Yorks, AS, pada September mendatang. Saat pertemuan nanti, Netanyahu dan Trump akan fokus membahas tentang Iran.

"Iran dan dampak sanksi (ekonomi) baru AS terhadap rezim akan menjadi agenda pertemuan Trump dan Netanyahu di New York," kata Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon, dikutip laman Times of Israel, Rabu (8/8).

Kendati demikian, kantor Netanyahu belum mengonfirmasi tentang rencana pertemuan dengan Trump. Saat menghadiri sidang Majelis Umum PBB, Netanyahu juga akan menyampaikan pidato. "Pidato perdana menteri sangat penting dan banyak orang berharap untuk mendengar apa yang dia katakan," ujar Danon.

AS dan Israel adalah negara yang mencemaskan meningkatnya pengaruh Iran di Timur Tengah. Kedua negara selalu sepakat untuk membendung dan menangkal hal tersebut. Iran telah dipandang sebagai ancaman signifikan di kawasan.

AS telah menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Iran pada Senin (6/8). Sanksi diberikan setelah Iran menolak keinginan AS untuk merevisi kesepakatan nuklir yang tercapai pada Oktober 2015, yang dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Kesepatan tersebut dicapai melalui negosiasi yang panjang dan alot antara Iran dengan AS, Cina, Rusia, Jerman, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa. Inti dari JCPOA adalah memastikan bahwa penggunaan nuklir Iran terbatas untuk kepentingan sipil, bukan militer. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi Iran akan dicabut.

Namun, Trump berulang kali menyatakan ketidakpuasannya terhadap JCPOA. Ia menilai JCPOA adalah kesepakatan yang cacat. Sebab dalam JCPOA tak diatur tentang program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya selepas 2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah. Akhirnya pada Mei lalu, Trump menarik AS dari kesepakatan tersebut.

Sanksi ekonomi diberlakukan kepada Iran dengan menyasar sektor perbankan yang meliputi pembelian atau akuisisi uang kertas AS oleh pemerintah Iran. Selain itu, sanksi termasuk perdagangan emas dan logam mulia Iran, grafit, aluminium, baja, batu bara dan perangkat lunak yang digunakan dalam proses industri.

Sanksi juga memberikan dampak terhadap transaksi terkait mata uang rian Iran, kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan utang luar negeri hingga sektor otomotif Teheran. AS akan menggandakan sanksi ekonominya terhadap Iran pada November. Sanksi selanjutnya akan menargetkan sektor energi, terutama ekspor minyak Iran ke pasar global.

Baca: Donald Trump Ancam Negara Mitra Bisnis Iran

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement