REPUBLIKA.CO.ID, VENEZUELA -- Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido telah menyatakan dirinya sebagai presiden. Langkah itu langsung disambut oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Seperti yang dilansir dari The Guardian, Rabu (23/1) lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan dia akan menggunakan pengaruh penuh dari kekuatan ekonomi dan diplomatik AS untuk mendorong pemulihan demorasi Venezuela.
Di depan ribuan pengunjuk rasa di Caracas, Guaido mengangkat tangan kanannya dan mengatakan ia secara resmi memikul tanggung jawab eksekutif nasional. Anggota parlemen berusia 35 tahun itu mengatakan langkah tersebut adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Venezuela dari kediktatoran dan memulihkan ketertiban konstitusional.
“Kami tahu bahwa ini akan memiliki konsekuensi,” kata Guaido pada kerumunan yang bersorak-sorai berdiri di depan sebuah mimbar berhiaskan lambang nasional Venezuela.
Untuk dapat mencapai tugas ini dan membangun kembali konstitusi Venezuela, Guaido mengatakan perlu persetujuan semua rakyat Venezuela. Guaido sebelumnya menyatakan dirinya bersedia memangku jabatan kepresidenan secara sementara dengan dukungan angkatan bersenjatan untuk mengadakan pemilihan.
Dalam sebuah pernyataan, Trump menggambarkan majelis nasional sebagai satu-satunya cabang pemerintah yang sah, yang dipilih oleh rakyat Venezuela. Ia meminta negara-negara lain di pemerintah belahan bumi barat untuk mengakui Guaido sebagai presiden sementara.
“Kami terus menganggap rezim (Nicolas) Maduro tidak sah secara langsung bertanggung jawab atas segala ancaman yang mungkin ditimbulkannya untuk keselamatan rakyat Venezuela,” ujar Trump.
Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengatakan pemerintah Maduro sekarang sepenuhnya sebagai keditaktoran dan meminta dia untuk menyerahkan kekuasaan pada Majelis Nasional sampai pemilihan baru diadakan.
“Penderitaan Venezuela hanya akan memburuk jika ia terus secara tidak sah berpegang teguh pada kekuasaan,” katanya dalam sebuah pernyataan.