REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Negara-negara Amerika Latin diperkirakan akan mengumumkan langkah-langkah untuk mengerahkan lagi tekanan-tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada Senin (25/2). Langkah baru ini akan dimabil setelah Maduro merintangi masuknya ratusan ton bantuan kemanusiaan ke negara itu pada akhir pekan.
Negara-negara yang tergabung dalam Lima Group kemungkinan akan membalas penentangannya atas penggunaan kekuatan pada pertemuan di Bogota, kata mereka yang menghadiri pertemuan dan sumber-sumber diplomatik.
Sedikitnya tiga orang tewas dan hampir 300 lagi mengalami cedera dalam protes-protes dan bentrokan-bentrokan pada Sabtu ketika konvoi-konvoi bantuan dukungan Amerika Serikat berusaha masuk ke wilayah Venezuela untuk mengirim makanan dan obat-obatan.
Politisi oposisi Juan Guaido, yang diakui sebagian besar negara Barat sebagai pemimpin sah Venezuela, telah mendesak blok tersebut untuk mempeRtimbangkan "semua opsi" dalam menggulingkan Maduro.
Guaido akan menghadiri pertemuan itu dan begitu juga Wakil Presiden AS Mike Pence. Tak seperti Lima Group, pemerintahan Trump sejauh ini menolak mengesampingkan penggunaan kekuatan militer.
"Kami punya tanggung jawab untuk menggandakan dan meningkatkan dukungan kami," kata Menteri Luar Negeri Kolombia Carlos Holmes Trujillo ketika pertemuan itu dimulai.
"Orang-orang Venezuela tak pernah mengalami banyak kamajuan menuju pemulihan demokrasi mereka."
Trujillo juga menekankan perlunya bagi resolusi damai dari krisis Venezuela.
Laporan-laporan yang menyebutkan ada perbedaan di Lima Group terkait penggunaan kekuatan adalah salah, kata Wakil Menlu Peru Hugo de Zela Martinez pada pembukaan peretemuan itu.
Langkah-langkah baru yang akan diambil AS diperkirakan diumumkan oleh Pence dalam pemaparannya kepada grup itu setelah pukul 10:30 waktu setempat, setelah ia bertemu dengan Guaido.
Konvoi truk yang membawa makanan dan obat-obatan dihalangi pada akhir pekan lalu oleh tentara dan kelompok-kelompok bersenjata yang setia kepada Maduro, yang memperoleh dukungan dari Cina dan Rusia. Kedua negara itu memiliki investasi di sektor energi di Venezuela.
Maduro menyatakan usaha-usaha dengan mengirim bantuan tersebut merupakan bagian dari kudeta yang disutraradi AS.
Truk-truk itu ditembaki gas air mata dan peluru-peluru karet. Dua truk terbakar, yang pihak oposisi salahkan atas pasukan keamanan dan pemerintah Venezuela pada para pemerotes.