Selasa 10 Jul 2018 09:45 WIB

Mengapa Anak-Anak Korban Terperangkap Goa Harus Dikarantina?

Kelelewar bisa menularkan banyak penyakit menular yang berbeda seperti rabies

Rep: Farah Noersativah/ Red: Bilal Ramadhan
Foto yang dikeluarkan Tham Luang Rescue Operation Centre, tim pencari berjalan memasuki kompleks gua di mana 12 anak dan pelatih sepak bola mereka hilang selama 10 hari di Mae Sai, Provinsi Chiang Rai, Thailand, 2 Juli 2018.
Foto: AP/Tham Luang Rescue Operation Centre
Foto yang dikeluarkan Tham Luang Rescue Operation Centre, tim pencari berjalan memasuki kompleks gua di mana 12 anak dan pelatih sepak bola mereka hilang selama 10 hari di Mae Sai, Provinsi Chiang Rai, Thailand, 2 Juli 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, BALTIMORE – Ilmuwan angkat bicara mengenai alasan mengapa para korban tim sepak bola yang terperangkap di goa Tham Luang Thailand perlu dibawa ke karantina sebelum pada akhirnya pulang ke keluarga mereka. Diketehaui operasi penyelamatan tim itu masih berlangsung, dan sejauh ini, delapan anak laki-laki telah berhasil diekstraksi.

Dilansir di Livescience, mereka dikarantina terelebih dahulu untuk memastikan mereka tidak terkena penyakit yang berasal dari goa. Goa, menurut peneliti, bias menjadi cawan petri untuk bakteri dan virus.

"Kecemasan besar yang bisa didapatkan dari goa adalah keberadaan kelelawar. Kami tahu bahwa kelelawar dapat menularkan banyak penyakit menular yang berbeda, termasuk hal-hal seperti rabies,” kata seorang sarjana senior di Pusat Kesehatan Kesehatan John Hopkins di Baltimore, Dr Amesh Adalja.

Meskipun masih belum jelas, apakah anak-anak itu terpapar kelelawar atau tidak. Dan juga belum diketahui apakah goa ini bahkan memiliki populasi kelelawar besar, walaupun memang kebanyakan gua banyak ditemukan.

Tetapi jika dokter mencurigai adanya kontak dengan mamalia bersayap itu, Adalja mengatakan anak-anal tersebut kemungkinan besar akan mendapatkan vaksinasi pasca-eksposur untuk mencegah infeksi rabies yang mungkin terjadi. Tak hanya kelelawar, menurutnya, hewan-hewan lain juga bisa mengancam kesehatan mereka.

"Jamur tertentu benar-benar dapat berkembang dalam kotoran kelelawar, dan menghirup spora jamur ini dapat menyebabkan infeksi paru-paru, termasuk cryptococcosis atau histoplasmosis, yang juga dikenal sebagai ‘penyakit caver’,” ungkap Adalja.

Meskipun begitu, Adalja mengatakan, gejala beberapa penyakit jamur ini mungkin tidak muncul selama waktu anak laki-laki di karantina. Dalam beberapa kasus, penyakit itu bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk jamur menyebabkan masalah dalam tubuh.

Dia memeberikan contoh, gejala mungkin tidak muncul kecuali sistem kekebalan seseorang ditekan karena sebab lain. Dalam kasus lain, infeksi jamur tidak pernah menimbulkan masalah, katanya.

Oleh sebab itu, anak-anak dan pelatih itu harus memberitahukan kepada dokter mengenai waktu dan apa saja yang telah mereka habiskan selama di goa. Hal itu untuk membantu diagnosis nantinya.

Selain itu, penyakit lain yang dikhawatirkan adalah leptospirosis, infeksi bakteri yang dapat menyebabkan pendarahan di paru-paru, atau bahkan dapat menyebabkan meningitis atau peradangan di selaput otak dan sumsum tulang belakang.

"Anak-anak dapat mengalami masalah pencernaan karena sanitasi yang buruk di gua. Dalam jarak dekat tanpa sanitasi, tidak mengherankan jika anak-anak itu saling kontak satu sama lain,” tambah Adalja.

Selanjutnya, Adalja menerangkan, dengan meminum air gua, bahkan jika mereka menjilati air yang menetes dari dinding dan tidak minum air di tanah, mereka bisa terkena banyak bakteri yang juga bisa menyebabkan masalah pencernaan. Juga adanya kemungkinan Infeksi kecil pada kulit anak laki-laki dari luka dan goresan.

Aldaja mengatakan, biar bagaimanapun, ada begitu banyak hal yang tidak diketahui. Dan hal itu sulit untuk memprediksi jenis patogen apa, jika memang ada, anak yang telah terpapar.

Secara keseluruhan, menurut laporan, anak-anak korban terjebak dalam goa itu memiliki kesehatan yang baik dan bersemangat. Mereka bahkan meminta makanan favorit mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement