Selasa 13 Nov 2018 02:37 WIB

PM Malasyia dan Singapura Bahas Jual-Beli Air Mentah

Malaysia dan Singapura berencana membahas lagi Perjanjian Air 1962

SIngapura-Malaysia
Foto: risingsunofnihon.com
SIngapura-Malaysia

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Jual-beli dan penentuan harga air mentah menjadi salah satu pokok perbincangan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong saat bertemu di Istana Singapura, Senin (12/11).

Sebagaimana dilansir media setempat, Mahathir Mohamad memunculkan masalah tersebut pada pertemuan bersama sejawatnya tersebut. "Kami membangkitkan masalah yang sebelum ini dilihat sebagai kontroversial. Saya menyatakan pendirian berkenaan dengan masalah itu dan beliau tampak agak terbuka dan menenggang masalah itu," kata Mahathir.

"Saya pikir beliau mendengar pandangan saya dan beliau terbuka untuk berbincang lebih lanjut berkenaan dengan masalah itu," katanya.

Sebelumnya, Mahathir Mohamad menghadiri acara bersama warga Malaysia di Singapura dengan menjawab berbagai persoalan, yang ditanyakan warga Malaysia itu.

Selain itu, beberapa persoalan lain turut dibicarakan dalam pertemuan hampir satu jam tersebut. Saat ditanya apakah Singapura bersedia berunding lagi, Mahathir mengatakan Singapura tidak menyatakannya.

"Sekurang-kurangnya, mereka bersedia menyatakan pandangan mereka dan untuk Malaysia menyatakan pendirian kita," tambahnya.

Mahathir sebelumnya dikabarkan akan membahas lagi Perjanjian Air 1962, yang menjadi tema perundingan kedua setelah penangguhan pembangunan Kereta Rel Berkecepatan Tinggi (HSR) Kualalumpur-Singapura dengan Singapura.

Pasokan air perlu diselesaikan dengan Singapura secara diplomatik, karena republik itu bergantung kepada Malaysia untuk pasokan hampir separuh keperluan airnya dan sudah melalui beberapa perjanjian sejak 1927.

Perjanjian Sungai Johor pada 1962, yang akan berakhir pada 2061, memberikan negara itu 250 juta galon air mentah sehari dengan harga 3 sen bagi setiap 1.000 galon dan Malaysia membeli lagi air yang dirawat pada harga 50 sen setiap 1.000 galon.

Dalam dua pertemuan dengan pemerintah sebelum ini, Singapura setuju membayar 45 sen bagi setiap 1.000 galon hingga 2011 dan 60 sen sejak 2011 hingga 2061, yang akan berkelanjutan hingga 100 tahun setelah itu.

Pemerintah Malaysia mengenakan syarat bahwa Singapura perlu membayar 60 sen sejak 2001 hingga 2007 dan 3 ringgit hingga 2011, tapi negara pulau itu menolak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement