Jumat 04 Jan 2019 15:05 WIB

Shinzo Abe Ingin Buat Perjanjian Damai Rusia-Jepang

Konfrontasi Rusia dan Jepang dalam Perang Dunia II belum resmi berakhir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Shinzo Abe
Foto: Reuters
Shinzo Abe

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ingin mendorong perjanjian damai dengan Rusia. Perjanjian berkaitan dengan konfrontasi kedua negara dalam Perang Dunia II.

"Saya akan mengunjungi Rusia akhir bulan ini dan bermaksud memajukan, dengan diskusi, menuju perjanjian perdamaian," kata Abe pada Jumat (4/1). 

Abe mengakui, selama tujuh dekade terkahir, belum ada kemajuan signifikan dalam proses perundingan perdamaian dengan Rusia. Namun dia mengatakan saat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Singapura pada November tahun lalu, mereka bersepakat mendorong proses itu. "Kami berdua tidak ingin hal ini terseret ke generasi lain," ujarnya. 

Menurut Abe, ketika perundingan terlaksana, beberapa hal yang menghambat terciptanya proses perdamaian dengan Rusia akan dibahas. Hal itu terutama terkait wilayah yang masih disengketakan kedua negara pasca usainya Perang Dunia II. 

Jepang dan Rusia berada di kubu yang bertentangan pada Perang Dunia II. Jepang menjadi sekutu Nazi Jerman dan Italia, sementara Rusia tergabung dengan sekutu Inggris, Prancis, serta Amerika Serikat (AS). 

Setelah sekutu memenangkan Perang Dunia II, Jepang dan Rusia belum menandatangani perjanjian damai. Kedua negara hanya menyepakati Deklarasi Bersama 19 Oktober 1956. Deklarasi itu menjadi simbol berakhirnya konfrontasi antara Jepang dan Rusia. 

Kendati tak ada perjanjian damai, Rusia dan Jepang tetap menjalin hubungan diplomatik. Namun, hal itu kerap terusik oleh wilayah yang disengketakan kedua negara. Rusia menyebut wilayah itu sebagai Kuril Selatan, sedangkan Jepang mengenalnya dengan sebutan Wilayah Utara. 

Setelah Perang Dunia II, Kepulauan Kuril Selatan menjadi bagian dari Uni Soviet. Namun Jepang menentang kepemilikan Iturup, Kunashir, Kepulauan Shikotan, dan Kepulauan Habomai. 

Berdasarkan Deklarasi Bersama yang disepakati pada 1956, Uni Soviet setuju untuk menyerahkan Kepulauan Shikotan dan Habomai. Itu merupakan iktikad baik Moskow untuk menjalin perdamaian dengan Tokyo. 

Namun pada 1960, Jepang menandatangani perjanjian keamanan dengan AS. Hal itu membuat Soviet membatalkan niatnya untuk menyerahkan Shikotan dan Habomai kepada Jepang. 

Saat itu, Soviet menyatakan hanya akan memberikan pulau-pulau tersebut kepada Jepang hanya ketika semua pasukan asing ditarik dari wilayahnya. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement