Kamis 13 Dec 2018 19:20 WIB

Cina Balas Tangkap Pengusaha Kanada

Kanada sebelumnya menangkap petinggi Huawei.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Petinggi Huawei Cina, Meng Wanzhou
Foto: AP
Petinggi Huawei Cina, Meng Wanzhou

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina mengatakan pengusaha Kanada Michael Spavor ditangkap karena sedang diselidiki kemungkinan telah melanggar keamanan dalam negeri Cina. Sebelumnya mantan duta besar Kanada Michael Kovrig ditangkap pada hari Senin (10/12).

Penangkapan dua warga Kanada ini meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Situs berita pemerintahan Provinsi Liaoning mengatakan badan keamanan negara di Dandong yang berbatasan dengan Korea Utara sudah menyelidiki Spavor sejak 10 Desember lalu.

Spavor memang berkerja sama dengan Korut dan fasih berbahasa Korea. Tapi pemerintah Liaoning tidak memberikan rincian tentang penyelidikan tersebut. Sementara itu media-media pemerintah Cina juga melaporkan Kovrig yang berkerja untuk International Crisis Group (ICG) juga menghadapi tunduhan yang sama.   

"Hak hukum dan kepentingan dua warga Kanada itu sudah diamankan, proses penyelidikan dua kasus ini dilakukan secara terpisah," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lu Kang, Kamis (13/12).

Lu menambahkan Kedutaan Besar Kanada sudah diberi surat pemberitahuan tentang penahanan ini. Tapi ia juga menolak memberikan rincian penyelidikan yang melibatkan dua laki-laki Kanada tersebut.

Lu mengatakan ia tidak mendengar ada kasus yang melibatkan warga negara Kanada lainnya. Sebelumnya, Cina menanggapi dengan keras penahanan petinggi perusahaan teknologi Huawei Meng Wanzhou yang dilakukan Kanada atas permintaan Amerika Serikat pada 1 Desember lalu.

Jaksa AS menuduh Meng telah menyesatkan bank-bank multinasional dalam transaksi Huawei dengan Iran. Membuat bank-bank tersebut beresiko melanggar sanksi AS ke Iran.

Pejabat Cina mengatakan penangkapan Kovrig tidak ada hubungannya dengan penahanan Meng. Meski para ahli diplomasi Kanada yakin penangkapan ini sangat terkait satu sama lain.

Lu mengatakan penangkapan Meng sebagai sebuah kesalahan dan Kanada harus segera membebaskannya. Sementara itu untuk penangkapan dua warga Kanada, Lu mengatakan Cina akan melakukan tindakan 'yang sesuai dengan hukum'.

Lu menambahkan Cina menyambut turis dan tidak ada yang perlu ditakutkan selama mereka mematuhui hukum yang berlaku. Editor tabloid Global Times yang dikelola pemerintah, Hu Xijin di media sosial Weibo mengatakan pemerintah Cina tidak akan mengakui penangkapan dua warga Kanada berkaitan dengan penahanan Meng.

"Tapi menggunakan seperangkat aturan hukum untuk membuktikan alasan penangkapan adalah sama seperti apa yang dilakukan Kanada dan AS kepada Meng Wanzhou," ujarnya.

Juru bicara Luar Negeri Kanada Guillaume Bérubé  mengatakan mereka belum bisa mengkontak Spavor sejak ia memberitahu pemerintahnya ia sedang ditanyai oleh pihak berwenang Cina. Bérubé mengatakan pemerintah Kanada sedang mencari keberadaan Spavor.

Sampai kini Spavor tidak bisa dihubungi melalui panggilan telpon, pesan singkat atau surat elektronik. Spavor terbang ke Dalian, sebuah kota di Provinsi Liaoning pada hari Senin dari Korea Selatan menggunakan maskapai penerbangan Korean Air.

Menurut orang-orang yang mengenal Kovrig dan Spavor, mereka berdua saling mengenal. Walaupun belum diketahui secara resmi apakah kasus mereka di Cina selain berkaitan atau berkaitan dengan Korea Utara.

Kovrig meneliti hubungan diplomatik Cina dengan Korea Utara untuk ICG, sebuah think tank yang fokus dalam resolusi konflik. Spavor yang tinggal di Dandong, adalah kepala Paektu Cultural Exchang, perusahaan sosial gabungan Cina-Inggris.

Dalam situs organisasi tersebut disebutkan mereka berdedikasi untuk memfasilitasi kerja sama berkelanjutan, pertukaran budaya, perdagangan dan investasi dengan Korea Utara. Mereka juga mengelola hubungan dengan pejabat Korea Utara tapi tidak mengaku organisasi mereka tidak politis.

Spavor menjadi penerjemah dan fasilitator mantan pemain basket Dennis Rodman saat ia mengunjungi Korut. Spavor juga berbagi minuman dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di salah satu kapal mewahnya pada 2013.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement