Ahad 26 May 2019 13:33 WIB

Mantan PM Thailand Tutup Usia

Jenderal Prem Tinsulanonda juga adalah penasihat Kerajaan Thailand yang berpengaruh.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Mantan perdana menteri Thailand sekaligus penasihat Kerajaan yang paling berpengaruh Jenderal Prem Tinsulanonda meninggal dunia pada Ahad (26/5). Foto diambil pada 10 April 2019.
Foto: REUTERS/Stringer
Mantan perdana menteri Thailand sekaligus penasihat Kerajaan yang paling berpengaruh Jenderal Prem Tinsulanonda meninggal dunia pada Ahad (26/5). Foto diambil pada 10 April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Mantan perdana menteri Thailand sekaligus penasihat Kerajaan yang paling berpengaruh Jenderal Prem Tinsulanonda meninggal dunia pada Ahad (26/5) pagi waktu setempat. Pejabat istana Thailand mengatakan, Prem meninggal pada usia 98 tahun di rumah sakit di Bangkok.

Kendati demikian, penyebab kematiannya belum diumumkan secara resmi. Dilansir Bangkok Post, Prem dilarikan ke rumah sakit oleh petugas militer dari kediaman Sisao Thewes pukul 5 pagi untuk perawatan darurat. Dia diperkirakan meninggal pada pukul Ahad, pukul 09.09.

Baca Juga

Prem lahir pada 26 Agustus 1920 di tambon Bo Yang di distrik Muang, provinsi Songkhla. Dia adalah anak terakhir dari delapan bersaudara yang lahir dari ayah Luang Winijthantakam (Bueng Tinsulanonda) dan ibu Winijthantakam (Odd Tinsulanonda). Nama "Prem" diberikan oleh biksu yang dihormati Phra Rattanathatmuni (Baen Khanathaporano). Nama keluarga "Tinsulanonda" diberikan kepada keluarga oleh Raja Rama VI pada 14 Juni 1919.

Di masa kecilnya, Jenderal Prem lulus dari Sekolah Menengah Maha Vajiravudh di Songkha, diikuti oleh Sekolah Suan Kularb Wittaya di Bangkok. Kala itu ia lulus pada tahun 1937. Kemudian, Prem melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah teknik militer di divisi kavaleri sebelum bergabung dengan tentara, dan kemudian ikut serta dalam Perang Indocina dan Perang Dunia Kedua.

Setelah Perang Dunia II, ia adalah seorang perwira militer di provinsi Uttaradit. Pada tahun 1952, ia dianugerahi beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat (AS) di sekolah kavaleri di Fort Knox, Kentucky, bersama dengan Jenderal Pichit Kullavanijaya dan Jenderal Wichit Sukmark.

Sekembalinya, ia menjadi wakil komandan sebuah sekolah kavaleri di provinsi Saraburi, yang kemudian menjadi Pusat Kavaleri. Prem diberi pangkat mayor jenderal dan diangkat menjadi komandan Pusat Kavaleri pada tahun 1968. Dia diangkat menjadi wakil komandan Angkatan Darat ke-2 yang mengawasi wilayah Timur Laut pada tahun 1973, dipromosikan menjadi pangkat letnan jenderal dan diangkat menjadi komandan Angkatan Darat ke-2 pada tahun 1974.

Prem kemudian menjadi asisten komandan tentara pada 1977, memegang pangkat jenderal, dan diangkat sebagai panglima tentara pada tahun 1978. Lambat laun, ia memasuki dunia politik dan diangkat sebagai wakil menteri dalam negeri dan menteri pertahanan sebelum menjadi perdana menteri ke-16, posisi yang dipegangnya antara 1980-1988.

Dia diangkat sebagai anggota Dewan Privy yang melayani Raja Maha Vajiralongkorn dan almarhum ayahnya Raja Bhumibol Adulyadej pada 23 Agustus 1988 dan menjadi ketua Dewan Privy pada 4 September 1998. Dia memainkan peran penting dalam mengorganisasi penobatan Raja Maha Vajiralongkorn yang cukup rumit awal bulan ini. Prem juga bertugas dalam waktu singkat ketika bupati negara Thailand tak lama setelah Raja Bhumibol Adulyadej meninggal pada 2016.

Prem adalah perdana menteri ke-16 Thailand. Dia menjabat selama tiga periode dari 1980 hingga 1988. Dia juga seorang mantan kepala militer.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement