Ahad 16 Mar 2014 18:02 WIB

Afghanistan Tak Butuh Pasukan Asing

Afghan President Hamid Karzai speaks during a news conference in Kabul on January 25, 2014.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Afghan President Hamid Karzai speaks during a news conference in Kabul on January 25, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL-- Presiden Hamid Karzai menyatakan, Afghanistan tak lagi membutuhkan tentara Amerika Serikat di negaranya. Hal ini disampaikan Karzai dalam pidato terakhirnya di hadapan parlemen Afghanistan, Sabtu (15/3).

Selama ini militer AS telah melindungi 93 persen dari Afghanistan. Rencananya AS akan menarik militernya pada akhir tahun ini, hingga saat ini 33.600 pasukan AS masih berada di Afghanistan.

Karzai menegaskan kembali sikapnya, ia tak akan mendatangani perjanjian dengan AS. Perjanjian tersebut menyepakati penempatan sisa pasukan AS di Afghanistan, setelah penarikan pasukan pada akhir 2014.

Selama ini Presiden Afghanistan berada dalam tekanan berat, untuk menandatangani Perjanjian Keamanan Bilateral dengan AS.

Rencananya militer AS akan melatih dan memberi masukan pada pasukan Afghanistan. Sejumlah pasukan khusus AS juga akan tetap berada di Afghanistan untuk memburu Alqaidah.

Sementara itu 10 calon presiden Afghanistan, yang akan bertarung dalam pemilihan umum 5 April mendatang, menyatakan akan menandatangani perjanjian keamanan. Namun Karzai tampaknya tak ingin mewarisi komitmen untuk menghadirkan pasukan asing di negaranya.

Karzai memimpin Afghanistan setelah invasi AS pada 2001. Ia kemudian memenangkan pemilihan presiden pada tahun 2004 dan 2009. Ia mundur dari jabatannya bulan depan, setelah pemilihan presiden.

Di bawah konstitusi Afghanistan, Karzai dilarang mengikuti pemilu untuk masa jabatan ketiga. "Saya ingin mengatakan kepada semua negara asing yang mungkin karena kebiasaan, atau karena mereka ingin ikut campur, mereka tidak boleh ikut campur," katanya.

Karzai mengatakan, perang di Afghanistan selama ini dipaksakan pada negaranya. Ia mengatakan, AS bisa membawa perdamaian ke Afghanistan asal mereka pergi ke negara-negara yang mendukung terorisme.

sumber : ap
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement