Jumat 14 Nov 2014 16:07 WIB

Inggris Izinkan Polisi Sita Paspor Militan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Winda Destiana Putri
Passpor (Ilustrasi)
Passpor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri David Cameron berencana merebut paspor jihadis Inggris agar tidak bisa pergi ke mana-mana untuk berperang.

Inggris juga tidak akan menerima mereka yang pulang setelah berperang dari Irak dan Suriah.

Sebanyak 500 warga Inggris diketahui ikut bertempur di Irak dan Suriah. "Kami akan segera memperkenalkan tindakan baru melawan terorisme di Inggris," kata Cameron dalam pidato pada parlemen Australia, dikutip AFP, Jumat (14/11).

Ia mengatakan Inggris akan memberi kuasa pada polisi bandara untuk menyita paspor mereka yang hendak pergi ke area perang.

"Ini untuk mencegah mereka melancong dan pulang," kata dia. Peraturan baru juga akan mencegah penerbangan tertentu mendarat di Inggris.

Daftar penerbangan 'terlarang' telah dikantongi. Media Inggris mengatakan peraturan akan dikenalkan pada parlemen bulan ini, untuk menghalangi warga Inggris kembali dari Suriah dan Irak dalam jangka waktu dua tahun.

Australia mengalami situasi yang sama dengan Inggris. Setidaknya passport 73  warga Australia ditahan untuk mencegah mereka pergi ke Irak dan Suriah. Ini bertujuan untuk mencegah tindakan radikal ketika mereka pulang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement