Selasa 11 Oct 2016 17:30 WIB

Kelompok Bersenjata Kongo Tewaskan Delapan Orang

Pasukan internasional asal Kongo sedang berjaga-jaga di jalanan Bangui, Republika Afrika Tengah, yang sedang berkecamuk.
Foto: EPA/Legnan Koula
Pasukan internasional asal Kongo sedang berjaga-jaga di jalanan Bangui, Republika Afrika Tengah, yang sedang berkecamuk.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Militer mengatakan peyerang dengan senjata otomatis menewaskan sedikitnya delapan orang di sebuah kota di wilayah timur Republik Demokratik Kongo, Ahad (9/10).

Serangan tersebut terjadi tepat ketika gelombang kekerasan di area itu memasuki tahun ketiga pada Oktober 2016. Juru bicara militer Kongo, Mak Hazukay menyebutkan tujuh dari delapan korban tewas di Beni tersebut adalah warga sipil dan sisanya adalah tentara.

"Ini terlalu awal untuk menginformasikan total korban meninggal dunia secara definitif," kata Hazukay.

Dia menambahkan tentara juga menemukan jasad lainnya yang diyakini merupakan satu dari para penyerang yang melancarkan serangan sesaat sebelum matahari terbenam. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan lebih dari 700 warga sipil telah terbunuh di dekat Beni sejak Oktober 2014, kebanyakan dalam serangan malam hari oleh pemberontak yang dilakukan menggunakan parang dan kapak.

Pemerintah menyalahkan hampir seluruh kekerasan pada Pasukan Sekutu Demokratik, yang berbasis di Uganda Timur sejak 1990-an. Bagaimanapun, ahli dari panel PBB dan analis independen menyatakan kelompok bersenjata lainnya, termasuk beberapa tentara Kongo, terlibatdalam serangan pada warga sipil.

Kongo Timur terganggu oleh puluhan kelompok bersenjata yang menyasar penduduk setempat dan mengeksploitasi cadangan mineral. Jutaan orang telah tewas di sana antara 1996 dan 2003 saat konflik regional yang disebabkan kelaparan dan wabah menjangkiti negara itu.

Pemantau Hak Asasi Manusia yang berbasis di New York, minggu lalu, meminta tentara dan penjaga perdamaian PBB agar datang dengan strategi baru untuk melindungi warga sipil di sekitar Beni dan meminta Pengadilan Pidana Internasional memeriksa setiap pembunuhan yang terjadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement