Kamis 06 Jul 2017 08:37 WIB

AS Siap Gunakan Kekuatan Militer Terhadap Korut

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Foto rilis dari pemerintah Korea Utara menggambarkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un merayakan upaya percobaan rudal balistik jarak jauh  Hwasong-12 (Mars-12) diluncurkan militer Korea Utara
Foto: KCNA/Reuters
Foto rilis dari pemerintah Korea Utara menggambarkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un merayakan upaya percobaan rudal balistik jarak jauh Hwasong-12 (Mars-12) diluncurkan militer Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) siap menggunakan kekuatan militer secara luas terhadap Korea Utara (Korut). Langkah ini akan dilakukan jika diperlukan menyusul uji coba rudal terbaru yang dilakukan negara terisolasi itu pada Selasa (4/7) lalu.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley juga mengatakan sebuah resolusi akan kembali dikeluarkan untuk menekan Korut. Ia mengatakan kemungkinan besar sejumlah sanksi ekonomi terhadap negara itu juga dapat diterapkan lagi.

"AS siap menggunakan seluruh kemampuan negara kami untuk mempertahankan diri, serta melindungi sekutu kami," ujar Haley di hadapan Dewan Keamanan PBB, dikutip dari BBC, Rabu (5/7). Ia menuturkan militer AS menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia. Tidak menutup kemungkinan bagi negara adidaya itu untuk menggunakannya jika Korut terus melakukan tindakan di luar batas yang bertentangan dengan hukum internasional.

"Salah satu kemampuan kami terletak pada kekuatan militer yang besar dan kami akan menggunakannya jika harus, meski kami sebenarnya memilih untuk tidak menjalankan langkah itu," jelas Haley.

Korut mengklaim uji coba rudal terbaru yang dilakukan negara itu adalah bagian dari pengembangan peluru kendali balistik antarbenua (ICBM). Rudal ini memiliki jangkauan yang sangat jauh, dikatakan dapat mencapai 12 ribu kilometer.

ICBM disebut dapat mencapai daratan AS. Korut mengatakan di dalam rudal itu juga terpasang hulu ledak nuklir. Rudal jenis Hwasong-14 yang baru diluncurkan Korut kali ini dilaporkan telah terbang sejauh 5.580 mil hingga akhirnya jatuh ke perairan Jepang.

Target waktu peluncuran senjata ini adalah 39 menit dan tercapai. Selama ini, Korut mengatakan program tersebut sebagai alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea Selatan (Korsel) dan Jepang khawatir karena merasa dapat menjadi ancaman utama serangan nuklir negara terisolasi itu.

Sejumlah pejabat Korsel dan Jepang mengatakan peluncuran rudal terbaru Korut mencapai ketinggian sekitar 1.500 mil. Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menyebutkan bahwa rudal mendarat sekitar 300 mil dari pantai barat perairan negara itu.

Berdasarkan laporan jangkauan rudal Korut terbaru, ilmuwan AS David Wrigt mengatakan ada kemungkinan senjata itu dapat menghantam Alaska. Ini adalah kemajuan terbaru dari pengembangan program nuklir yang sejak bertahun-tahun lamanya dilakukan negara Asia Timur itu.

Sejak 2006, Dewan Keamanan PBB juga telah memberikan sanksi terhadap Korut atas uji coba program nuklir yang dilakukan. AS sebagai negara anggota tetap juga hendak melakukan strategi baru, yaitu bekerja sama dengan Cina yang merupakan sekutu sekaligus mitra dagang dan pemberi bantuan ekonomi utama untuk Korut.

Prancis sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB juga mendukung resolusi baru dalam menekan Korut. Negara itu menyetujui adanya sanksi-sanksi yang semakin diperketat, terutama di bidang ekonomi. Sementara itu, Rusia mengatakan segala jenis tindakan militer harus dikecualikan dalam menangani Korut. Bersama dengan Cina, kedua negara menyerukan perundingan internasional dilakukan.

Semua pihak juga diminta membekukan segala jenis tindakan agresif. Dalam pernyataan bersama, Rusia dan Cina meminta agar Korut menyatakan moratorium pengujian perangkat nuklir dan uji coba rudal balistik. Namun, AS bersama sekutunya Korsel juga harus menahan diri dengan menangguhkan latihan militer gabungan, serta tidak lagi menyebarkan sistem pertahanan anti rudal atau dikenal sebagai High Altitude Area Defense (THAAD).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement