Selasa 12 Dec 2017 07:05 WIB

Putin: Pengakuan Trump Kacaukan Timur Tengah

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump
Foto: EPA
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Rusia dan Turki sepakat pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan memicu kekacauan situasi di Timur Tengah. Hal ini disampaikannya saat berkunjung ke Ankara, Senin (11/12).

"Langkah pemerintahan Trump tidak membantu penyelesaian konflik Timur Tengah dan, justru sebaliknya, mendestabilkan situasi yang sudah sulit di wilayah ini," ujar Putin, yang berbicara bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Putin menambahkan, Moskow percaya status Yerusalem hanya dapat diselesaikan melalui pembicaraan antara Palestina dan Israel. Hal tersebut harus dilakukan sesuai dengan resolusi PBB.

Sementara Erdogan mengatakan, AS telah menjadi mitra dalam pertumpahan darah, dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dia mengatakan, dia yakin pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang akan membahas Yerusalem pekan ini akan menjadi titik balik.

Sehari sebelumnya, Erdogan menyebut Israel sebagai sebuah negara teror. Ia menambahkan, Turki tidak akan membiarkan Yerusalem demi belas kasihan sebuah negara pembunuh anak-anak.

Pejabat Turki dan Rusia bertemu untuk menyelesaikan pembelian sistem rudal surface-to-air S-400 Turki. Menurut Putin, Rusia berharap dapat menandatangani perjanjian kredit untuk industri pertahanan dengan Turki dalam waktu dekat.

Berbicara sebelumnya di Latakia, kota pelabuhan utama Suriah, pada Senin (11/12), Putin juga mengumumkan Rusia akan menarik pasukannya dari Suriah. Namun meski Rusia menarik sebagian besar kontingennya, jika teroris terus menyerang, Rusia siap untuk kembali bertempur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement